Telkom: Data Rahasia Negara Tak Ada di Singapura
Senin, 22 Juni 2015 - 20:17 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
-
Vice President Corporate
PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom), Arif Prabowo, menanggapi dugaan risiko bocornya data negara usai Telkom membangun
data center
di Singapura. Dia menegaskan data rahasia negara, yakni
e-government
tidak berada di Singapura. Kata dia, data rahasia negara tersebut murni berada di Tanah Air.
"Data-data
e-government
semua ada di Indonesia. Saya tidak tahu asal muasal di mana isu itu beredar. Mungkin karena ada pemahaman yang berbeda tentang
joint venture
(perusahaan patungan) dengan SingTel, isu itu berawal dari situ," ungkap Arif melalui sambungan telepon dengan
VIVA.co.id,
Senin, 22 Juni 2015.
Arif menambahkan,
joint venture
dengan SingTel itu mengenai aplikasinya saja, bukan mengenai data rahasia negara. Jadi, kerjasama kedua belah pihak tersebut terkait pengembangan aplikasi. Baca Juga :
Cara Garuda Indonesia Antisipasi 'SMS Hoax'
"Kami membutuhkan aspek komersil, tidak mau bermain-main soal kualitas. Akhirnya kami menemukan SingTel. Tak dipungkiri SingTel telah menjadi
leading
di Asia Tenggara dalam menjalankan bisnisnya, maka dari itu
joint venture
tersebut diharapkan dapat menunjang Telkom di internasional," kata Arif.
Arif mengemukakan setelah bekerjasama dengan SingTel, Telkom rencananya akan mengembangkan bisnis lebih luas lagi di kancah internasional. Untuk itu, kata dia, Telkom tidak bisa sendirian, melainkan akan melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan luar negeri.
"Tidak menutup kemungkinakan kami akan bekerjasama dengan perusahaan Amerika Serikat, Eropa, atau lainnya dalam mengembangkan bisnis kami," imbuhnya.
Tiga Data Center
Mengenai data center, Arif menuturkan sejauh ini Telkom mempunyai tiga data center yang berada di Serpong, Sentul, dan Surabaya. Semuanya dikelola dan dioperasikan oleh entitas anak perusahaannya, Telkomsigma.
Sedangkan,
joint venture
dengan SingTel dalam mengembangkan Telekomunikasi Indonesia International Pte. Ltd. Singapore (Telin Singapore), kata Arif, hanya untuk menyimpan data-data perusahaan di luar negeri.
"Mungkin ada beberapa (perusahaan) dari Indonesia tapi itu kecil, hampir 74 persen merupakan pelanggan di Singapura dan sisanya multinasional. Soal kapasitasnya juga jauh lebih kecil, ketimbang yang data center yang ada di Indonesia," lanjut Arif. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
leading