Bangkit dari Tidur Panjang, Ini Misi Penting Robot Philae

Sumber :
  • BBC
VIVA.co.id
- Kebangkitan robot pendarat Philae dikomet 67P/Churyumov-Gerasimenko atau 67P, disambut gembira oleh para peneliti Badan Antariksa Eropa (ESA). Sebab, robot itu telah tertidur panjang selama tujuh bulan sejak mendapar di permukaan komet pertengahan November tahun lalu. Peneliti ESA langsung bergerak cepat mengambil momentum tersebut.


"Kami masih menguji informasi rumah tangga Philae pada Pusat Kendali Pendarat di DLR German Aerospace Center di Cologne, dan kami sudah sampaikan semua subsistem Philae bekerja normal," kata Stephen Ulamec, Manajer Proyek Pendarat di German Aerospace Center, dikutip dari situs remi ESA, Selasa, 16 Juni 2015.


Ulamec juga bersyukur meski telah tertidur lebih dari setengah tahun dalam kondisi suhu esktrem di permukaan, sistem Philae tidak mengalami masalah.


"Tidak ada degradasi (subsistem Philae) setelah lebih dari setengah tahun bersembunyi pada permukaan beku komet," kata dia.


Sedangkan laman
The Guardian
melaporkan, Ulamec mengatakan saat bangun dari tidur panjang pada malam akhir pekan lalu, Philae dalam kondisi -5 derajat celsius. Meski kondisi itu beku, tapi sudah cukup bagus bagi robot tersebut.


"Itu cukup hangat untuk memulai pengisian baterai. Itu mengindikasikan dalam beberapa pekan dan bulan ke depan kita akan mampu mengisi ulang pendarat dan melakukan banyak permintaan ilmiah dengan instrumen Philae," kata Ulamec
ESA Tamatkan Riwayat Robot Philae


Upaya Terakhir 'Bangunkan' Robot Philae di Komet 67P
Untuk menjaga agar Philae bisa terus berkontak, tim ESA akan mendekatkan pesawat pengorbit komet 67P, Rosetta menjadi sekitar 180 kilometer dari permukaan komet sebelum akhir pekan ini. 

Robot Philae Diklaim Temukan Elemen Kehidupan di Komet

Langkah diharapkan akan membuat Rosetta makin kuat dan lama berkomunikasi dengan Philae serta memungkinkan para ilmuwan mengirimkan perintah ke Philae.

Namun perubahan orbit Rosetta diakui bukan tanpa risiko. ESA mengatakan jika pesawat pengorbit itu kian mendekat komet, instrumen pelacakan bintang yang digunakan untuk menentukan posisi pesawat bisa 'pusing' oleh pelacakan debu komet. Hal ini akan menyebabkan pesawat bisa mati sementara.


Tapi jika rencana itu berjalan dengan lancar, maka pekan depan, peneliti bisa mengirimkan perintah pertama ke Philae untuk melihat bagaimana respons robot pendarat itu.


Untuk menyambut kebangkitan Philae, tim robot pendarat itu sudah menyiapkan berbagai daftar operasi yang akan dicoba oleh Philae. Pertama, tim akan melakukan tindakan sederhana seperti mengambil suhu luar dan pengukuran yang lebih magnetik.


Dengan daya yang lebih, Philae akan mengambil gambar lingkungan sekitar, untuk melihat apakah daerah sekitar pendaratannya itu telah berubah atau tidak. Operasi selanjutnya, tim ingin mencoba 'mengendus' lingkungan untuk mencari bahan kimia yang mudah menguap.


Tapi operasi yang menarik bagi peneliti ESA yaitu bila Philae bisa mendapatkan sampel dengan mengebor permukaan komet dan menganalisis sampel dengan intrumen Ptolemy.


"Tapi ini tidak akan kami lakukan segera, sebab perlu baterai yang terisi penuh," kata Ulamec.


Disebutkan instrumen Ptolemy akan mengambil sampel hasil pengeboran dan bertugas menyimpulkan gas dari sampel saat memanggang sampel tersebut.


Namun demikian untuk memanggang sampel itu, peneliti ESA harus memastikan apakah instrumen pengebor Philae masih mencapai permukaan komet atau tidak. Diketahui saat pendaratan terakhit, posisi kaki Philae tak sempurna, sehingga bisa mempengarungi pencapaian alat pengeboran untuk bisa sampai kepermukaan komet.


"Kami belum tahu apakah bor dapat memberikan apa-apa. Itu seharusnya untuk mengebor vertikal ke bawah," kata Monica Grady, ilmuwan yang mengerjakan instrumen Ptolemy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya