DPR Tegaskan Kementan Soal Swasembada Pangan
Senin, 8 Juni 2015 - 18:55 WIB
Sumber :
- D.A. Pitaloka/Malang
VIVA.co.id
- Sejumlah Anggota Komisi IV DPR menyatakan pendapatnya terhadap salah satu program Kementerian Pertanian (Kementan), yaitu swasembada pangan.
Dalam rapat kerja antara Komisi IV dan Kementan yang dilaksanakan siang ini Senin, 8 Juni 2015, mereka menyatakan bahwa pemerintah memiliki sejumlah target Swasembada Pangan yang masih perlu dicapai.
Dalam rapat kerja antara Komisi IV dan Kementan yang dilaksanakan siang ini Senin, 8 Juni 2015, mereka menyatakan bahwa pemerintah memiliki sejumlah target Swasembada Pangan yang masih perlu dicapai.
Terkait dengan swasembada daging, anggota Komisi IV, I Made Urip mengatakan ada beberapa hal yang menyulitkan program ini terwujud. “Waktu itu saya ke Nusa Tenggara Timur dan saya melihat hal-hal yang kurang produktif di sana yang tampaknya tidak mampu diwujudkan terkait dengan swasembada daging. Salah satunya adalah pemotongan sapi betina produktif yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah darah,” ungkapnya, di DPR, Senin, 8 Juni 2015.
Padahal terdapat program di Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan tentang penyelamatan sapi betina produktif. “Ini tidak efektif berjalan di lapangan, lalu apa upaya Kementan dalam mengatasi permasalahan ini?” tanya Made.
Sementara untuk swasembada kedelai, Made mengatakan masih ada kesenjangan yang cukup besar antara kebutuhan konsumen dan kemampuan produksi. “Kalau ada cita-cita di tahun 2017 atau 2018 untuk swasembada kedelai, nampaknya itu akan menjadi retorika saja. Faktanya, kebutuhan kedelai kita per tahunnya 2.3 juta ton, sementara kemampuan produksi kita hanya sekitar 800.000 ton. Ini gap yang sangat jauh,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, Made menyarankan kepada Kementan agar mampu menstimuli para petani untuk menanam kedelai guna memenuhi target kebutuhan. “Kalau kita lihat di lapangan, betapa sulitnya untuk menggerakan para petani agar mau menanam kedelai. Dulu ada gerakan menanam kedelai, namun begitu kedelainya panen, harganya jatuhkarena masuknya kedelai impor,” kata Made.
Sedangkan Anggota Komisi IV lainnya, Viva Yoga, meminta agar pemerintah untuk membangun sentra-sentra produksi untuk komoditas utama seperti daging, jagung, padi, dan kedelai.
“Tahun 1960-an Indonesia bisa ekspor sapi kok, kenapa sekarang tidak? Data statistik menyatakan bahwa sekitar 60 persen kebutuhan daging berasal dari wilayah Jabodetabek. Tetapi di Provinsi Banten dan Jawa Barat, tidak ada sentra-sentra produksi peternakan. Justru kalau pengembangan sentra produksi peternakan jauh dari masyarakat konsumen terbesar, itu akan meningkatkan biaya transportasi,” katanya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Terkait dengan swasembada daging, anggota Komisi IV, I Made Urip mengatakan ada beberapa hal yang menyulitkan program ini terwujud. “Waktu itu saya ke Nusa Tenggara Timur dan saya melihat hal-hal yang kurang produktif di sana yang tampaknya tidak mampu diwujudkan terkait dengan swasembada daging. Salah satunya adalah pemotongan sapi betina produktif yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah darah,” ungkapnya, di DPR, Senin, 8 Juni 2015.