Neanderthal Punah Tertular Penyakit Manusia Moderen
Sabtu, 4 April 2015 - 06:51 WIB
Sumber :
- Tudji Martudji/VIVAnews
VIVA.co.id
- Manusia modern ternyata diklaim telah membuat Neanderthal punah. Manusia purba mau menerima manusia moderen yang ingin membaur, mereka beranak pinak, namun siapa sangka, manusia modern ternyata membawa penyakit menular.
Para ilmuwan meyakini hal ini setelah melakukan studi genetik, fosil dan bukti arkeologi yang ada. Menurut ilmuwan, Neanderthal menderita banyak ragam penyakit, yang sebagian masih tetap ada sampai sekarang.
"Namun begitu, Neanderthal ternyata cukup membantu manusia modern untuk bisa bertahan melawan beberapa penyakit tertentu, melalui persilangan manusia moderen dan neanderthal. Semakin kecil dan terisolasinya populasi Neanderthal, sebagian kecil gen berkembang dan memperkuat imunitas tubuh untuk melawan penyakit tertentu. Hal yang membuat dua peradaban ini berbeda hanyalah kemampuan untuk menangani penyakit," ujar Dr. Simon Underdown, antropolog dari Oxford Brookes University.
30.000 tahun telah berlalu sejak nenek moyang manusia modern diduga telah memusnahkan Neanderthal. Riset sebelumnya mengatakan jika Neanderthal kemungkinan membalas dendam dari dalam kubur dengan membuat manusia modern rentan terhadap penyakit seperti kanker dan diabetes.
Neanderthal dan manusia modern diketahui telah berbaur sehingga diduga masyarakat Eropa memiliki sekitar dua persen dari DNA Neanderthal. Menurut ilmuan, sebagian sistem HLA manusia, yang membantu sel darah putih mengidentifikasi dan menghancurkan materi asing dalam tubuh, didapat dari DNA Neanderthal. Penelitian lain menunjukkan jika manusia di luar Afrika lebih rentan terkena diabetes tipe 2 akibat dari DNA Neanderthal.![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
"Namun begitu, Neanderthal ternyata cukup membantu manusia modern untuk bisa bertahan melawan beberapa penyakit tertentu, melalui persilangan manusia moderen dan neanderthal. Semakin kecil dan terisolasinya populasi Neanderthal, sebagian kecil gen berkembang dan memperkuat imunitas tubuh untuk melawan penyakit tertentu. Hal yang membuat dua peradaban ini berbeda hanyalah kemampuan untuk menangani penyakit," ujar Dr. Simon Underdown, antropolog dari Oxford Brookes University.