Alasan Bos Coca-Cola Kepincut Bisnis di Indonesia
Selasa, 31 Maret 2015 - 19:50 WIB
Sumber :
- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVA.co.id
-
Chairman and Chief Executive Officer (CEO)
The Coca-Cola Company, Muhtar Kent, mengaku senang berbisnis di Indonesia. Selama puluhan tahun, raksasa produsen minuman asal Amerika Serikat (AS) ini sudah berinvestasi di Indonesia.
Dalam acara peresmian dua lini produksi baru Coca-Cola, Kent mengatakan alasannya, situasi bisnis di Indonesia sangat dinamis. Hal itu merupakan tantangan tersendiri baginya.
"Pasarnya juga potensial," ujar Kent di Bekasi, Jawa Barat, Selasa 31 Maret 2015.
Baca Juga :
2.000 Karyawan Coca Cola Akan Kena PHK
Dengan alasan itu pula perusahaan ini telah menggelontorkan investasi miliaran dolar AS selama ini. Dan ditegaskan investasi itu akan terus meningkat di masa depan.
Baca Juga :
Cara Ricky Harun Menjaga Kesehatan, Kombinasi Antara Suplemen Propolis dan Olahraga Rutin
"Selama 25 tahun, kami telah berinvestasi US$1,2 miliar dan tambah lagi US$500 juta untuk 3-4 tahun mendatang," kata Kent.
Baca Juga :
Bambang Pacul soal Hasil Quick Count Pilgub Jateng: Cuaca Sedang Tidak Baik-baik Saja di Kami
Dalam tiga tahun terakhir, Coca-Cola Amatil Indonesia telah meresmikan 18 lini produksi baru dan menempatkan 150 ribu lemari pendingin.
Tak hanya itu, perusahaan itu membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total investasi lebih dari US$300 juta.
Sebagai informasi, The Coca-Cola System telah beroperasi di Indonesia selama 88 tahun. Saat ini, perusahaan itu telah memasarkan 16 merek, mengoperasikan 10 pabrik pembotolan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan langsung lebih dari 12 ribu pekerja lokal.
Selain itu, perusahaan saat ini telah memiliki lebih dari 200 pusat distribusi dan melayani langsung 520 ribu outlet ritel besar dan kecil setiap pekannya.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Tak hanya itu, perusahaan itu membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total investasi lebih dari US$300 juta.