VIVAnews – Haji Chaerudin tak lelah berjuang untuk alam. Bersama Kelompok Tani Sangga Buana, pria yang akrab disapa Bang Idin ini terus berkampanye menghijaukan bantaran kali.
Ia wujudkan hutan wisata seluas 40 hektare di tepi Kali Pesanggrahan, Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Di sana, pria yang dalam kesehariannya selalu berpakaian Betawi lengkap dengan peci dan golok ini membebaskan pengunjung memetik hasil hutan sembari memancing ikan di kali. “Gratis asal tidak merusaknya,” ujarnya.
Ada sekitar 4.000 ribu pengunjung baik lokal maupun mancanegara per tahun yang sengaja datang menikmati keasrian hutan “Bang Idin”. Dipandu para sukarelawan, mereka diajak menikmati ribuan pohon seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman obat.
Bahkan pepohonan yang mulai langka di Jakarta semacam buni, jamblang, kirai, salam, tanjung, kecapi, kepel, rengas, mandalka, drowakan, gandaria, dan bisbul, dapat dijumpai di sana.
Semua keindahan itu berawal dari keprihatinan Bang Idin terhadap kondisi Kali Pesanggrahan di akhir tahun 1980-an. Pria kelahiran 13 April 1956 itu merasa kehilangan indahnya sungai semasa kecil.
Menaiki rakit dari pelepah pisang, Bang Idin nekat menyusuri kali selama lima hari enam malam. Ia rekam setiap detail kerusakan yang terjadi. Otaknya berputar mencari jawaban atas hilangnya kicauan burung, ikan-ikan di kali, dan aneka satwa di bantaran kali. Selama itu pula ia mencari tahu mengapa sungai begitu kotor dan bantaran sungai tandus.
Hasil petualangannya membuat Bang Idin semakin terobsesi mengembalikan “kesehatan” Kali Pesanggrahan. Maka dimulailah usahanya dengan membersihkan sampah dan bangunan yang menghampar di tepian sungai.
Hari-hari awal perjuangan Bang Idin cukup berat. Tak jarang ia bersitegang dengan para pembuang sampah sembarangan, terutama pemilik rumah gedongan yang berbatasan dengan bantaran kali.
Tapi Bang Idin punya cara sendiri untuk menggugah kesadaran mereka. Ia kumpulkan sampah-sampah ke dalam plastik lalu digantungnya di pagar rumah-rumah beton itu. “Biar mereka paham sampah itu bau,” ujarnya mengenang peristiwa belasan tahun lalu.
Taktiknya ternyata cukup jitu. Perlahan warga sekitar mulai peduli dengan lingkungan. Bahkan demi penghijauan, banyak pemilik rumah gedongan yang membongkar bangunannya di bantaran kali.
Disamping menghijaukan bantaran, Bang Idin dan kelompoknya juga berhasil menghidupkan kembali tujuh mata air yang sempat mati. Air sungai tak lagi kehitaman, sehingga cukup sehat bagi berkembangbiaknya ikan-ikan.
Langkahnya pun menuai berbagai penghargaan setingkat nasional dan mancanegara. Sebut saja Kalpataru, penghargaan penyelamatan air, piagam dari Abu Dhabi, Jerman, dan Belanda. “Gue nggak bangga. Buat apa penghargaan? Mendingan bantuan pemerintah untuk lingkungan,” ujar bapak dua anak ini.
Di balik sikap kerasnya, pria tamatan SMP ini ingin membuktikan, hanya orang yang benar-benar memahami alam yang dapat menyelamatkannya. ”Masyarakat yang di kali seperti gue nih seharusnya dirangkul. Duta lingkungan bukan yang cakep-cakep, tapi yang beneran peduli sama lingkungan,” ujarnya.
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Pilihan HP Samsung Rp 3 jutaan dengan kamera 50 MP kini semakin beragam. Simak 4 rekomendasi terbaik Januari 2025 yang menawarkan performa canggih, ba
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan mayoritas daerah di Indonesia akan mengalami hujan pada Rabu, 15 Januari 2025. Sebanyak 20 wilayah ber
Bulog Jabar Tegaskan Kesiapan Serap Beras Petani Lokal dengan Harga Pembelian Pemerintah
Jabar
21 menit lalu
Perum Bulog Kanwil Jawa Barat (Jabar) mengungkapkan pihaknya siap melakukan penyerapan gabah beras petani lokal di seluruh wilayah Jawa Barat. Bulog Jabar siap melakukan
Nottingham Forest menjalani pertandingan yang luar biasa melawan Liverpool dan dengan sangat baik mempertahankan satu poin melawan kandidat juara. Selamat ya!
Selengkapnya
Isu Terkini