SBY: Dalam 10 Tahun Belanja Negara Naik Empat Kali Lipat

Pidato Kenegaraan Presiden SBY di DPR
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
Pelatih Beberkan Kondisi Gregoria Mariska Usai Mundur dari Indonesia Masters 2025
- Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa belanja negara meningkat empat kali lipat selama 10 tahun masa jabatannya sebagai kepala negara.

'Sulap' Sampah di TPA Terjun Medan Jadi Energi Listrik, Begini Kata Bobby Nasution

"Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pembangunan di Tanah Air mengalami kemajuan yang menggembirakan," ujar SBY dalam pidato atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 di DPR RI, Jakarta.
Jadwal Mobil SIM Keliling Jakarta, Depok, Bandung, Bekasi Sabtu 25 Januari 2025


Pada 2004, ia melanjutkan, total belanja negara sebesar Rp427,2 triliun. Adapun pada 2014, angka tersebut mencapai Rp1.876,9 triliun.


"Berarti, dalam sepuluh tahun belanja negara meningkat sekitar empat kali lipat," kata SBY.


Ia menambahkan, selama sepuluh tahun terakhir anggaran kesehatan meningkat sekitar 8 kali lipat, dari Rp8,1 triliun pada 2004 menjadi Rp67,9 triliun pada 2014.


Pada kurun waktu yang sama, anggaran pendidikan meningkat enam kali lipat dari Rp62,7 triliun menjadi Rp375,4 triliun, anggaran untuk infrastruktur meningkat hampir sebelas kali lipat dari Rp18,7 triliun menjadi Rp206,6 triliun, dan anggaran untuk ketahanan pangan meningkat hampir 7 kali lipat dari Rp10,7 triliun menjadi Rp72,4 triliun.


"Peningkatan belanja tersebut dilakukan seraya tetap menjaga defisit anggaran dalam angka yang selalu lebih rendah dari batas defisit yang ditetapkan dalam perundang-undangan, yaitu sebesar 3 persen dari PDB (produk domestik bruto)," kata SBY.


Pemerintah juga senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian fiskal dan pengamanan risiko fiskal dalam pengelolaan utang negara.


Menurut SBY, rasio utang terus RI turunkan dari 56,6 persen dari PDB pada 2004, menjadi sekitar 25,6 persen pada 2014.


"Hal ini akan kita terus jaga keseimbangannya di tahun-tahun mendatang, sehingga anggaran kita tidak mudah terpengaruh oleh gejolak keuangan domestik maupun global, serta sekaligus untuk makin memperkokoh kemandirian fiskal kita," kata SBY.


Ia menambahkan, peran APBN sebagai instrumen kebijakan untuk meredam gejolak ekonomi dan keuangan selalu dipadukan secara sinergis dengan langkah-langkah di bidang moneter, keuangan, dan kebijakan-kebijakan sektoral yang relevan.


Pada 2008, misalnya, ketika terjadi krisis keuangan global, pemerintah meresponsnya dengan melakukan penyesuaian mendasar APBN, disertai dengan langkah-langkah taktis dan cepat di bidang moneter serta perbankan dan di sektor-sektor terkait.


Padahal, kata SBY, sejumlah pengamat menyebut gejolak pada 2008 itu sebagai krisis keuangan terdahsyat yang dialami dunia sejak krisis 1929.


"Langkah kebijakan itu telah berhasil meminimalkan dampak krisis tersebut pada perekonomian nasional, yang kemudian bangkit kembali dengan cepat. Hal yang sama juga kita lakukan pada 2013-2014 untuk skala krisis ekonomi yang lebih kecil," kata SBY. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya