Meriam Karbit, Tradisi Lebaran di Pontianak
- VIVAnews/Aceng Mukaram
VIVAnews - Ada satu keunikan setiap menyambut Hari Raya Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Keunikan yang dimaksud adalah permainan tradisional meriam karbit. Permainan yang masuk dalam kalender parwisata ini sangat dinantikan masyarakat Kota Pontianak dan menarik minat wisatawan.
Permainan tradisional itu dikemas dalam suatu Festival Meriam Karbit, yang digelar Forum Komunikasi Meriam Karbit bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak.
Dentuman 250 meriam karbit berukuran besar saling bersahutan pada malam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah ini. Jumlah tersebut merupakan meriam yang ikut serta dari 54 peserta yang unjuk kebolehan dalam Festival Meriam Karbit.
Masing-masing peserta memiliki jumlah meriam bervariasi, mulai dari tiga hingga tujuh meriam karbit berukuran besar. Meriam-meriam ini dimainkan di sepanjang tepi sungai Kapuas.
“Permainan atau Festival Meriam Karbit ini merupakan ciri khas Kota Pontianak. Tidak semua kota atau daerah yang memiliki budaya permainan meriam karbit,” kata Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, pada saat membuka Festival Meriam Karbit di Gang Nusa Karya, Jalan Tanjung Raya II, Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, Minggu malam, 27 Juli 2014.
Ia mengatakan, Festival Meriam Karbit ini digelar dalam rangka melestarikan adat budaya melayu yang menandai telah berakhirnya bulan Suci Ramadan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, festival ini juga diharapkan mampu menarik minat wisatawan berkunjung dan menyaksikan langsung permainan meriam karbit yang hanya ada di Kota Pontianak.
“Kita terus mempromosikan permainan rakyat ini baik melalui media massa maupun media sosial atau media online, dengan harapan ini bisa mengundang banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kota Pontianak,” ucapnya.
Untuk mengembangkan kreativitas masyarakat dalam membuat dan memainkan meriam karbit, Pemkot juga melakukan pembinaan melalui Forum Komunikasi Meriam Karbit.
“Melalui forum yang dibentuk ini diharapkan dapat mengakomodasi para pemain meriam karbit terutama pada Festival Meriam Karbit yang digelar setiap tahun pada malam lebaran,” ujarnya.
Edi juga menyampaikan apresiasinya atas kepedulian masyarakat Kota Pontianak dalam melestarikan budaya melayu seperti permainan meriam karbit ini meskipun biaya yang dikeluarkan untuk membuat meriam dan membeli karbit tidak sedikit.
“Kami Pemerintah Kota Pontianak akan terus mendukung pelestarian permainan meriam karbit ini,” kata dia.
Untuk diketahui, Meriam karbit terbuat dari kayu besar yang berdiameter sekitar 50 hingga 100 sentimeter dan panjang antara 4 – 7 meter. Meriam karbit dilubangi bagian tengahnya untuk disulut api hingga meriam berbunyi.
Kemudian meriam ini diisi dengan air dan dimasukkanlah karbit sebagai mesiunya. Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang jika disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan.
Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3 - 5 ons karbit. Suara ledakannya dapat menggoyangkan bangunan sekitar, bahkan memecahkan kaca-kaca rumah bila jarak antara meriam dengan rumah terlalu dekat. (ren)