Ramadan, Kain Tenun Ikat Khas Kediri Laris Manis
- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - Kain tenun tradisional khas Kediri hingga kini masih eksis diproduksi. Bahkan, pada Ramadan dan mendekati Lebaran, permintaan kain bermotif khas ini makin banyak saja.
Kain tenun ikat adalah kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat serta dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.
Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tradisional dan bukan mesin, sehingga kualitas kain tenunnya lebih padat dan berpengaruh pada keawetan kain tenun saat dipakai.
Mustain, salah satu dari sejumlah perajin kain tenun ikat yang masih bertahan di Kediri, mengatakan, keluarganya telah menekuni usaha kain tenun tersebut sejak puluhan tahun dari kakek dan ayahnya.
"Pembuatan kain tenun ikat ini perlu waktu yang lama. Sebelum ditenun dan dipasang ke alat tenun, helai-helai benang ditata dipasang sesuai dengan warna, sehingga nantinya saat ditenun akan menghasilkan corak atau pola khas yang diingini," ujarnya.
Proses pembuatannya juga tergolong tidak gampang. Dari untaian benang panjang dan polos itu, dirangkai sedemikian rupa menjadi lembaran kain tenun yang lebih besar dan dimasukkan ke dalam alat pemintal kain.
Benang kemudian melalui proses penggulungan. Selanjutnya diberi motif dan pola sesuai dengan keinginan pembuat, untuk kemudian diwarnai dengan berbagai warna.
Dengan menggunakan alat tenun yang dikayuh oleh kaki dan tangan, untaian benang itu kemudian dirangkai menjadi sebuah potongan kain yang indah dalam mesin kayu yang digerakkan oleh anggota badan si penenun.
Mustain memaparkan, perajin kain tenun ikat tradisional saat ini sangat langka, karena dibuat dengan sangat tradisional yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, sehingga kualitasnya pun bagus.
Menurutnya, kain tenun ikat tradisional khas Kediri ini jarang dijumpai di pasaran, padahal sangat diminati konsumen dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, bahkan luar negeri.
Kain tenun ikat tradisional khas Kediri ini memiliki kualitas lebih kuat dibanding tenun modern, karena benang yang dibuat lebih besar dan pasti awet. Harganya pun juga bervariasi, mulai Rp165 ribu hingga Rp500 ribu per lembarnya. Jenis kain tenun yang ditawarkan, yakni katun, perpaduan katun, dan semi sutra.
Selain biasa untuk busana atau pakaian, kain tenun ikat ini dapat juga dijahit untuk dijadikan kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah hingga kelambu.
(antv/Hendra Setyawan/art)