Kontroversi Pembukaan Museum Peristiwa Tiananmen
- REUTERS/Tyrone Siu
VIVAlife - Pada 1989 silam, ratusan warga sipil Tiongkok yang melakukan demonstrasi, tewas diberondong peluru oleh pihak militernya sendiri. Itu terjadi di Lapangan Tiananmen.
Peristiwa tersebut, masih sangat membekas di benak rakyat Tiongkok, terutama keluarga korban. Penghormatan kepada mereka yang tak berdaya di hadapan moncong senapan militer akan direalisasikan secara lebih konkret minggu ini.
Museum ini akan dibuka di Hong Kong. Selain Macau, Hong Kong memang tempat di mana warga Tiongkok dapat membicarakan tragedi tersebut secara lebih terbuka. Sepak terjang brutal militer kala itu masih cenderung tabu untuk diekspose di negeri Tiongkok sendiri.
"Banyak orang telah melupakan apa yang terjadi dan masyarakat seakan tidak diperbolehkan untuk mengingat-ingat," ujar Ketua Aliansi Pendukung Patriot Demokrasi, Lee Cheuk Yan.
Museum ini akan menampilkan berbagai foto yang menggambarkan situasi kala itu. Misalnya, gambar para demonstran yang sedang berteriak menyuarakan tuntutan di muka barisan tentara plus kendaraan militernya.
"Jadi di sini, kami melestarikan memori itu dan mengingatkan orang-orang apa yang telah terjadi, dan juga untuk mendorong mereka untuk memperjuangkan demokrasi di Tiongkok," ucapnya.
Meski demikian, pembangunan museum ini tidak selalu disambut baik oleh semua kalangan. Ada beberapa pihak yang takut akan terjadi suatu hal negatif di kemudian hari.
"Insiden 4 Juni itu sangat sensitif dan mengandung perdebatan. Kami takut museum itu akan memberikan kami masalah. Seseorang di sini bisa saja memprotes dan mengganggu pekerjaan kami sehari-hari," ujar Sekjen Asosiasi Produsen Plastik Chiu Chau, Yeung Cho-ming kepada South China Morning Post. (asp)
Sumber: Daily Mail/Reuters
Laporan: Bimo Wiwoho