Menguap, Cara Melecut Konsentrasi Otak
- istock
VIVAlife - Boleh jadi ini kegiatan sehari-hari yang sepele: menguap. Saat mengantuk atau kelelahan, menguap otomatis terjadi. Namun tahukah Anda, apa penjelasan ilmiah di balik menguap?
Mengutip Huffington Post, teori yang paling mendekati ditemukan oleh Steven M. Platek, profesor psikologi di Georgia Gwinnett College di Lawrenceville. Ia pernah melakukan studi soal itu.
Menurutnya, menguap dipicu oleh peningkatan temperatur otak. Sama seperti tubuh, otak juga butuh proses metabolisme. Yang menjadi masalah, energi yang dibutuhkannya cukup besar.
“Otak seukuran buah anggur, namun menghabiskan 40 persen energi metabolik. Ini sebabnya temperatur otak meningkat,” jelas Platek. Menurut peneliti, menguap bisa mendinginkan otak.
Saat temperatur terlalu panas, menguap berfungsi menguranginya. Terutama, jika seseorang mulai kelelahan. Maka itu, menguap juga dapat disebut membantu otak kembali konsentrasi.
“Suhu otak ditentukan tiga variabel: tingkat aliran darah di pembuluh arteri, suhu darah, dan produksi panas metabolik pada otak,” ungkap Andrew C. Gallup, asisten profesor psikologi di SUNY College di Oneonta, yang juga ketua penulis sejumlah studi tentang menguap.
Jadi Ventilasi
Ia melanjutkan, menguap dapat dijadikan “ventilasi” bagi aliran darah. Dengan menguap, aliran darah dengan suhu lebih rendah, dapat mengalir ke otak.
Gallup menjelaskan sedikit mekanismenya. Saat menguap, mulut dibuka, napas ditarik dalam, lalu dihela dengan singkat. Saat itu, otot-otot di sekitar tengkorak berkontraksi dan meregang.
Kemudian, darah dengan suhu lebih rendah didorong naik ke tengkorak. Sementara darah dengan suhu tinggi, terdorong keluar. Artinya, ada aliran darah yang ditukar.
“Peregangan otot saat menguap meningkatkan sirkulasi darah di area itu,” imbuh Gallup. (ren)