Ketahui Penyakit Penyebab Kebutaan pada Lansia

Ilustrasi pasangan usia senja
Sumber :
  • istock

VIVAlife - Individu yang menginjak usia 50, kemungkinan dapat mengalami kebutaan yang disebut Degenerasi Makula tipe basah, atau Wet Age-Related Macular Degeneration (Wet AMD).

Momen DPR Kritik Kinerja Era Menkominfo Era Budi Arie yang Tidak Blokir Situs Judol

Degenerasi makula tipe basah terjadi karena pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal, akibatnya, pembuluh darah akan rapuh dan mudah pecah. Kemudian membuat darah serta cairan mengalir ke retina dan menyebabkan distorsi penglihatan.

Gejala seseorang terkena degenerasi makula tipe basah antara lain: melihat garis lurus jadi tampak bergelombang, mengakibatkan titik buta, dan hilangnya penglihatan di bagian tengah.

Gubernur BI Beri Sinyal Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan pada 2025

Sejak 2004, pasien diobati dengan laser. Tapi menurut dokter mata, Elvioza, cara ini tidak memperbaiki penglihatan, hanya memperlambat kebutaan saja. Selain itu, ketika mata dilaser terus-menerus, retina pun akan habis.

Namun, hasil penelitian yang diselenggarakan pada 2.000 lebih pasien di ratusan rumah sakit di seluruh dunia, telah menemukan titik terang bagi para penderita degenerasi makula tipe basah. 

Simak Perbedaan Scoopy Terbaru dengan Model Lama

Pengobatan baru yang disebut Aflibercept, terbukti menghasilkan dampak yang sama dengan obat standar, tapi memiliki dosis yang lebih rendah.

"Obat ini sifatnya sebagai penghambat angiogenesis, menghambat terbentuknya pembuluh darah yang tidak normal, jika obat standar harus digunakan sebulan sekali, Aflibercept cukup dua bulan sekali," kata Elvioza, dalam acara peluncuran opsi pengobatan tersebut di Jakarta, Rabu 26 Maret 2014.

Metode Aflibercept dilakukan dengan cara penyuntikan. Jarum yang digunakan sangat halus, lebih kecil dari sehelai bulu mata sehingga tidak akan menghasilkan rasa sakit. 

Penyuntikannya pun menggunakan mikroskop, cairan yang disuntikan berupa protein sebanyak 0,5cc.

"Prosesnya hanya memakan waktu beberapa menit, kemudian cairan diserap oleh makula, dan pembentukan darah abnormal akan dihambat," kata Elvioza, yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Selain menghemat pengeluaran biaya, Aflibercept juga lebih efektif. Tercatat, 30 persen bisa memperbaiki penglihatan dan 60 persen dapat mempertahankan penglihatan. Jadi, kemungkinan untuk mencegah kebutaan mencapai 90 persen. Di samping itu, risiko yang ditimbulkan seperti infeksi dan pendarahan juga semakin minim, dibandingkan dengan pengobatan yang sudah ada selama ini. (eh)

Studi Artificial Intelligence (AI)

Pertama di Indonesia, Program Studi Artificial Intelligence (AI) Diluncurkan

Mulai dari informasi mengenai program studi yang ditawarkan, kehidupan kampus, hingga kegiatan akademik dan non-akademik, semuanya dapat dijawab dengan cepat dan mudah

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024