Slank Tolak Disebut Band "Pelat Merah"

Album Slank Nggak Ada Matinya
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Grup band legendaris Indonesia, Slank, beberapa tahun belakangan kerap menerima tawaran satu panggung dengan sejumlah instansi pemerintah, seperti kementerian, pemerintah daerah, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sejumlah lembaga lain, dibandingkan menggelar tur dari satu kota ke kota lain.

Meski manggung bersama instansi pemerintah, Slank menampik disebut sebagai grup band "pelat merah".

"Kami pelat hitam, kuning, dan juga merah. Manggung bersama instansi pemerintah dilakukan jika sesuai dengan misi dari Slank," kata Kaka, vokalis Slank, jelang konser launching Hari Sumpah Pemuda "Deklarasi Tahun Pemuda 2014" yang akan berlangsung di Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Sabtu 1 Maret 2014. 

Slank menyatakan ingin ambil bagian dalam kampanye antikorupsi, kampanye antinarkoba, dan kampanye-kampanye yang positif untuk generasi muda di Indonesia.

Produk Lokal Ini Bisa Atasi Ancaman Bahaya Kebakaran Baterai di Kendaraan Listrik
"Makanya kami sering pentas bersama KPK, karena concern terhadap pemberantasan korupsi yang menyengsarakan rakyat. Kami manggung dengan Kemenpora karena berbagai programnya sangat positif untuk generasi muda," ujar Kaka.

DPR Singgung 'Partai Cokelat' saat Rapat Bareng Menhan-Panglima TNI
Pemilik nama asli Akhadi Wira Satriaji ini mengaku manggung di Yogyakarta merupakan suatu kenangan. Sebab, sebelum grup band ini memiliki nama Slank, mereka telah manggung di Yogyakarta dan Magelang dengan bayaran setiap personelnya Rp50.000 sekali manggung.

Kritik Timnas Indonesia, Warganet Sebut Diego Michiels Pemain Naturalisasi Gagal
"Manggung pertama kali di Yogyakarta, saya bersama teman datang dari Jakarta ke Yogya menggunakan jeep terbuka, dan capek sekali rasanya. Namun, setelah manggung sangat puas, meski hanya dibayar Rp50.000 untuk setiap personel sekali manggung," ungkapnya.

Kaka pun mengaku sangat kagum dengan Kota Yogyakarta, meski dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, "Kota Gudeg" ini tak pernah berubah. "Warganya juga tak berubah. Sangat ramah dan friendly," tuturnya.

"Di sini banyak pendatang baru, namun tetap saja budaya di Yogyakarta tak berubah. Bangunan-bangunan kuno masih dipertahankan, meski banyak gedung bertingkat dibangun di kota ini," ucapnya.

Bimbim, drumer Slank, mengatakan, pentas memperingati Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta merupakan suatu kehormatan bagi grupnya, karena ini yang pertama kalinya.

"Lagu-lagu yang akan kami bawakan sekitar 20 lagu dan judul lagunya akan disesuaikan dengan momen peringatan Serangan Umum 1 Maret," katanya. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya