Ada Patung Gus Dur di Bali
Sabtu, 28 Desember 2013 - 20:28 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Bobby Andalan
VIVAnews
- KH Abdulrahman Wahid atau yang dikenal Gus Dur, memang bukan milik umat Islam saja. Mantan Presiden RI ke-4 itu sudah menjadi bagian bagi seluruh umat di Indonesia, baik itu Islam, Kristiani, Budhha, Hindu maupun Konghucu.
Saking mengagumi Gus Dur, pemimpin Ashram Gandhi Puri membuatkan secara khusus patung Gus Dur. Patung itu tidak besar. Di atas fondasi setinggi 1,5 meter, bahu dan wajah Gus Dur dibuat sangat mirip.
"Patung ini dibuat setahun setelah beliau meninggal," kata pemimpin Ashram Gandhi Puri, Gus Indra Udayana, Sabtu 28 Desember 2013.
Patung itu, sambung dia, dibuat oleh anak-anak didiknya. Bahannya sederhana, hanya dari semen.
Gus Indra tak menampik jika patung itu dibuat untuk mengenang Gus Dur. Apalagi, sosok humoris itu seringkali menjejakkan kakinya, bahkan menginap, di Ashram Gandhi Puri.
"Sejak 2004 Gus Dur seringkali menginap di sini," imbuhnya.
Sampai-sampai, Gus Dur memiliki ruangan khusus di Ashram Gandhi Puri. Ruangan yang terdiri dari ruang tamu, ruang kerja dan kamar tidur itu kini diberi nama Gus Dur Bhavan.
"Sejak 2004 Gus Dur sering menginap di sini. Semua pernak-perniknya ada mulai sandal bakiak, baju, celana hingga kopiah. Kita rawat betul, karena itu kenangan terakhir dari Gus Dur," katanya.
Jika menginap di sini, Gus Dur biasanya menghabiskan waktu untuk bersemedi, berdoa dan bercanda dengan anak-anak 'santri' Hindu di sana. "Sewaktu beliau jadi Presiden, pengamanan ya di luar areal. Di dalam kita bercanda-canda saja," terang Gus Indra.
Baca Juga :
Kata Kombes Ade Safri soal Kemungkinan Jemput Paksa Firli Bahuri Setelah Mangkir Pemeriksaan Lagi
Sementara itu, tokoh NU, Ali Masykur Musa menuturkan, patung dan Gus Dur Bhavan membuktikan jika Gus Dur merupakan milik semua kalangan.
"Ini bukti jika Gus Dur milik semua, tidak hanya milik umat Islam saja. Gus Dur tidak pernah membeda-bedakan berdasarkan agama, SARA dan lainnya," kata Ali.
Cak Ali, sapaannya melanjutkan, Gus Dur dicintai masyarakat luas lantaran pria humoris itu tak pernah menjaga jarak. "Istana negara dibuka menjadi istana rakyat," sebutnya.
Indonesia, katanya, berhutang budi kepada Gus Dur dalam hal menciptakan tatanan masyarakat yang plural, toleran, yang mengedepankan budaya sebagai pendekatan dan menjadikan manusia sebagai subjek.
"Gerakan dan pemikiran Gus Dur juga dimulai salah satunya dari Ashram Gandhi Puri, yakni gerakan ahimsa alias gerakan non violence. Tidak boleh ada kekerasan pada masyarakat Indonesia yang plural," ujar Cak Ali.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Ini bukti jika Gus Dur milik semua, tidak hanya milik umat Islam saja. Gus Dur tidak pernah membeda-bedakan berdasarkan agama, SARA dan lainnya," kata Ali.