Selatan Selat Sunda Simpan Potensi Gempa Terkuat
Senin, 27 Mei 2013 - 15:56 WIB
Sumber :
- NASA-Terra
VIVAnews -
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sulit diprediksi kapan terjadi dan berapa kekuatannya. Sampai saat ini teknologi yang dimiliki manusia hanya bisa melihat potensi-potensi gempa yang akan terjadi di suatu wilayah.
Menurut Profesor Sri Widiyantoro, profesor seismologi pertama di Indonesia, Senin 27 Mei 2013 belum ada teknologi yang bisa memprediksi suatu gempa dan tsunami secara akurat. Para ahli baru bisa sebatas melihat potensinya.
"Potensi-potensi gempa
megathrust
(besar) di Indonesia ada di selatan Selat Sunda. Itu berdasarkan peta gempa nasional yang menyatakan daerah itu memiliki potensi gempa sekitar 8,5 - 8,8 Skala Richter," kata Sri kepada
VIVAnews,
di Kedutaan Besar Australia.
Ia menambahkan, informasi mengenai potensi kekuatan gempa itu harus diterjemahkan oleh para ahli teknik sipil (rekayasa) untuk mendesain bangunan yang dapat menahan gempa 8,5-8,8 SR.
"Potensi gempa megathrust yang terjadi di kawasan selatan Selat Sunda itu juga berpotensi terjadinya tsunami. Oleh karena itu, para ahli-ahli tsunami juga harus membuat simulasi kekuatan tsunami yang akan menyerang wilayah daratan di kawasan Selat Sunda," ujar Sri.
Lempengan Sumatera
Baca Juga :
5 Cara Cepat Mengecilkan Perut Buncit Usai Lebaran, Dijamin Berhasil dan Mudah Dilakukan
"Seperti di kawasan timur Nias, kawasan barat Sumatera, kawasan selatan Jawa. Intinya, tempat-tempat itu berasal ada di empat lempengan tektonik utama," kata Cummins.
Riset kegempaan yang memuat potensi kekuatan dan daerah terjadinya gempa harus diperdalam lagi untuk melihat maksimum kekuatan gempa.
"Jadi yang harus dilakukan para ahli-ahli gempa adalah memberikan informasi maksimum kekuatan gempa. Sehingga bangunan-bangunan yang ada di daerah itu dirancang untuk tahan terhadap kekuatan maksimum gempa," ujar Cummins.
Bangunan di Jakarta
Saat ini, sudah ada studi
retrofitting,
yaitu melihat keadaan kekuatan bangunan-bangunan yang ada di Jakarta. Apakah sudah mengikuti
building code
(tahan gempa) yang baru. Jika belum maka perlu dilakukan
retrofit
atau upaya memperkuat bangunan.
"Tidak dengan menghancurkannya, tapi menambahkan tulang-tulang bangunan, beton, dan lainnya. Para ahli rekayasa lebih menguasai soal ini," kata Sri. (umi)
Halaman Selanjutnya
Riset kegempaan yang memuat potensi kekuatan dan daerah terjadinya gempa harus diperdalam lagi untuk melihat maksimum kekuatan gempa.