Politisi Yogya Khawatir Bahasa Jawa Terancam Punah

Abdi dalem Kraton Yogyakarta
Sumber :
  • ANTARA
VIVAnews - Bahasa Jawa yang merupakan peninggalan budaya dari zaman nenek moyang, kian hari menghilang. Bahkan, jika tidak ada usaha untuk mengembangkan dan melestarikan, diperkirakan punah pada tiga generasi yang akan datang.
14 Makanan Manusia yang Ternyata Bahaya untuk Kucing Anda!

Anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, yang Anggota Pansus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Sukamta, mengatakan kekhawatiran bahasa Jawa akan punah bukan hal tak beralasan. Sebab, faktanya bahasa itu kini mulai ditinggalkan oleh generasi yang sebenarnya mampu berbahasa Jawa.
Perangi Peredaran Narkotika Antar Negara, BNN Kerja Sama dengan DCIS

"Jika sekarang masyarakat Yogyakarta diminta untuk menulis dan membaca huruf Jawa, mungkin tidak semuanya bisa. Ini pertanda bahwa bahasa Jawa mulai ditinggalkan," katanya, Sabtu 13 April 2013.
Penerapan ETLE Diklaim Turunkan Angka Kecelakaan Lalu Lintas

Hal yang paling dekat, tambah Sukamta, ketika bahasa Jawa mulai ditinggalkan oleh masyarakat Yogyakarta sendiri adalah manakala komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tuanya sebagian besar sudah menggunakan bahasa Indonesia.

"Mereka itu asli orang Jawa, namun dalam komunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, sejak kecil ketika anak akan belajar berbicara diajari bicara dengan bahasa Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, Sukamta menyatakan Yogyakarta yang punya pusat budaya di Keraton Yogyakarta, diharapkan mempunyai peran penting dalam pelestarian budaya Jawa, khususnya bahasa dan tulisan Jawa.

"Keraton adalah sumber perkembangan dan pengembangan budaya. Namun, setelah bergabung dengan republik, maka berangsur-angsur melemah. Kita berharap, keraton kembali berperan dalam melestarikan budaya Jawa, khususnya bahasa dan tulisan. Apalagi kini, Yogyakarta menyandang status istimewa," kata dia.

Penggunaan bahasa Jawa yang kian tergusur oleh bahasa Indonesia juga diakui Evi, salah satu ibu rumah tangga di Kabupaten Bantul DIY, yang selama ini melakukan dialog dengan anaknya menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa.

"Memang, lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan anak saya," katanya.

Pelajaran bahasa dan menulis Jawa bagi anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD ini, menurutnya, hanya berasal dari sekolah. Sedangkan ketika di rumah, lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Jawa.

“Ya kalau di rumah bahasanya campuran antara jawa dan Indonesia,” jelasnya. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya