Kreasi Sendiri Boneka Danbo, Pasangan Ini Kebanjiran Pesanan
- sadmuffin.net
VIVAnews – Belakangan ini boneka Danboard atau biasa dipanggir Danbo menjadi tren di kalangan anak muda terutama para pecinta fotografi. Boneka kardus ini banyak dipakai untuk menjadi objek foto.
Namun ada keterbatasan jika ingin membeli boneka Danbo asli yang harus diimpor dari Jepang ini. Pertama, harus menunggu hingga dua bulan. Kedua, harganya masih tergolong mahal yaitu sekitar Rp400 ribu.
Celah itulah yang dimanfaatkan oleh Peter dan Widya Wijaya untuk berbisnis boneka Danbo. Kisaran harga yang tinggi dan relatif sulit terjangkau oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia, membuat dua sejoli ini akhirnya memutuskan untuk mencoba membuat boneka Danbo dengan keterampilan tangan mereka sendiri.
"Karena harganya sampai Rp600 ribu dua tahun lalu, maka saya dan Peter berpikir kenapa kita tidak coba membuat yang handmade saja," ujar Widya ketika ditemui VIVAnews di tokonya, WTC Mangga Dua Lantai 1, Jakarta, Rabu 13 Maret 2013.
Ternyata, lanjut Widya, peminat boneka kardus buatannya ini banyak. Pemesan terus bertambah. Bahkan ada kalanya Peter dan Widya kewalahan menangani pesanan.Widya dan Peter pun berencana merekrut karyawan untuk membuat boneka yang tersedia dalam berbagai macam ukuran dan rupa ini.
Namun rencana itu terganjal. Sebab, menurut Widya, tidak mudah merekrut karyawan baru di bisnis ini. Untuk menyelesaikan satu boneka dibutuhkan ketelitian yang amat tinggi.
"Nanti takutnya bukannya menaikkan omzet, pelanggan malah turun karena kualitas bonekanya semakin jelek,” kata Widya.
Omzet yang mereka dapatkan dari menjual boneka kardus ini, menurut Widya, bisa mencapai Rp12-15 juta tiap bulannya.
Berawal Dari Toko Online
Pertama kali berjualan, Widya dan Peter tidak serta merta membuka toko. Ini demi memininimalisasi resiko. Mereka hanya membuka penjualan boneka Danbo ini di salah satu forum jual beli di internet.
Tidak disangka, ketika menjajakan hasil karya mereka di forum itu, ternyata banyak orang yang berminat dan memesan. Dari sanalah akhirnya kedua sejoli ini mulai lebih serius menekuni bisnis ini.
Hingga setahun, menurut Widya, pelanggannya terus mendesak mereka untuk memberanikan diri membuka toko. "Saya akhirnya buka toko, setelah datang banyak permintaan dari pembeli," kata Widya.
Ada beberapa alasan Widya dan Peter akhirnya membuka toko sendiri. Pertama, ingin membuat konsumen semakin percaya dengan keseriusan mereka menjajaki bisnis ini. Kedua, dengan membuka toko ini konsumen bisa datang dan melihat bagaimana bahan dan bentuk boneka yang akan mereka pesan dengan mendatangi toko mereka.
Widya yang masih berumur 23 tahun ini pun menjelaskan bahwa dengan membuka toko ini kepercayaan pelanggan semakin meningkat. Karena, dalam penjualan online tidak ada barang yang bisa dilihat dan hanya berpegang pada penjelasan atau foto yang ada saja.
Belajar Dari Kesalahan
Widya mengaku bahwa dirinya dan Peter memang tidak langsung mahir membuat boneka ini. Mereka pernah melalui proses trial and error membuat boneka Danbo selama kurang lebih dua tahun.
"Pertama kali membuat boneka ini, satu hari saya hanya bisa membuat satu buah," kata Widya. Itu pun kualitasnya tidak sebagus karyanya yang saat ini, masih banyak kekurangan-kekurangan di sana-sini.
Namun seiring dengan kegigihan dan mendapatkan masukan yang diperoleh para pelanggannya, kualitas dan kuantitas boneka Danbo buatannya mereka semakin meningkat. Karena semakin terbiasa mengerjakannya, mereka akhirnya mampu menghasilkan 7 hingga 12 boneka ini per hari.
Sejak awal berusaha, menurut Widya, mereka selalu mengambil resiko yang ada dalam setiap kegiatan jual beli. Widya sudah tidak ingat, berapa jumlah boneka yang harus mereka ganti karena begitu sampai kepada konsumen ternyata kondisinya rusak.
"Jika ada boneka yang rusak begitu sampai ke konsumen, kami akan meminta boneka itu dikirim kembali dan akan kami ganti tanpa harus membayar sepeser pun," kata Widya.
Kejadian seperti ini, menurutnya cukup sering dan tidak berada dalam kendali mereka. Sebab, dalam proses pengiriman, perusahaan pengirimanlah yang seharusnya bertanggung jawab.
Diversifikasi Produk
Peter dan Widya tahu betul bahwa boneka Danbo ini kemungkinan hanya bersifat musiman. Sejak itulah pasangan ini mengandalkan sisi custom untuk mengembangkan sekaligus membedakan pembuatan boneka ini.
"Kalau yang asli hanya bisa satu model saja, tapi kalau yang kami buat handmade ini bisa divariasikan ekspresinya, pakaiannya dan juga aksesorisnya,” kata Widya.
Dengan diversifikasi inilah, menurut Widya, produk mereka bisa bertahan. Hingga sekarang bisnis mereka ini sudah berumur 2 tahun lebih. Pesanan untuk produk Danbo custom saat ini malah datang lebih banyak daripada yang menyerupai bentuk aslinya.
Pelanggan yang membeli di toko B on Shop, menurut Widya, sekitar 80 persennya adalah laki-laki dari berbagai macam kalangan. Mulai dari anak sekolah, pendeta, hingga orang yang sudah mapan secara finansial. Biasanya mereka yang memesan cenderung untuk diberikan kepada pasangannya sebagai hadiah ataupun sebagai hiasan.
Memasuki hari-hari besar tertentu, lanjut Widya, biasanya permintaan membludak. Ia mencontohkan, pada momentum perayaan hari Valentine omzetnya bisa meningkat hingga 50 persen dari hari-hari biasa. Bahkan jadi kerepotan untuk memenuhi pesanan yang begitu banyak datang.
"Akhirnya kami mengambil dua orang untuk membantu kami membuatkan kardus kemasan bonekanya saja," kata WIdya. Sedangkan pembuatan bonekanya tetap dilakukan oleh Widya dan Peter demi menjaga standar mutu.
Harga yang ditawarkan oleh Widya dan Peter untuk satu bineka Danbo ini bervariasi. Mulai dari Rp50 ribu hingga yang paling mahal Rp140 ribu. Harga ini, menurut Widya, bergantung kepada jenis bahan dan juga besarnya boneka.
Untuk bahan boneka ini, Widya dan Peter membaginya pada tiga jenis yaitu bahan yang anti air, bahan semi anti air, dan bahan tidak anti air. Sedangkan untuk ukurannya dibuat mulai dari yang paling kecil berukuran 8 cm dan yang paling besar 18 cm.
Mulai Tanpa Modal
Widya mengatakan bahwa memulai usaha ini cenderung amat mudah dan aman. Sebab, dirinya dan Peter memulai pembuatan boneka ini tanpa modal sama sekali.
Widya mengungkapkan bahwa dirinya meminta setiap pembeli untuk menyetorkan uang muka terlebih dahulu, besarannya 50 persen dari total pesanan. "Dari situlah modal kami mulai pertama kalinya. Uang pribadi keluar hanya untuk bikin contoh," kata Widya.
Keuntungan yang didapat dari bisnis ini, menurut Widya, cukup besar. Meski tak mau menjelaskan berapa keuntungannya, namun Widya memastikan bahwa itu sepadan. Sebab, ada resiko barang rusak di setiap pembuatannya dan biaya tersebut tidak dibebankan kepada konsumen.
Selain itu, menurut Widya, toko juga akan mengganti barang yang sampai dengan kondisi rusak walaupun bukan merupakan kesalahan toko. (eh)