VIDEO: Lenny Agustin, Sosok Nyentrik Peduli Tradisi

Lenny Agustin
Sumber :
  • Dok. Lenny Agustin

VIVAlife - Demi mewujudkan cita-cita memajukan dunia mode Indonesia, desainer nyentrik Lenny Agustin turun tangan menjadi pengajar. Ia kini aktif sebagai dosen di dua sekolah mode dan membuat buku pedoman bagi para pelaku tata busana.

Uniknya, ia justru tak takut merasa tersaingi meski semua ilmu ia tularkan pada desainer-desainer muda. Perempuan berumur 39 tahun itu justru bangga jika karyanya diikuti, karena memang ia bertujuan menginspirasi bangsa Indonesia. Berikut perbincangan santai tim VIVAlife, di butiknya, di kawasan Setia Budi.
 
Apa yang membuat Anda percaya diri menjadi dosen?

Aku merasa bertanggung jawab untuk ikut andil dalam regenerasi, jangan sampai jadi desainer yang arogan, pintar dibawa sendiri, nggak mau membagi ilmu dan justru ngomel kalau ada yang meniru.

Aku ingin, desainer baru lebih kreatif, pintar, karyanya berbeda, sehingga fashion Indonesia lebih banyak pilihan. Untuk itu, kita harus share ilmu, jangan cuma ngedumel atau meledek. Dengan sharing, ilmu kita juga bertambah karena kita menghadapi anak muda, membuat kita lebih banyak belajar lagi.
 
Kunci bertahan di tengah persaingan desainer-desainer muda?
Selalu berinovasi mencari hal-hal baru. Walaupun banyak followers, karakter yang pure tidak akan bisa ditiru, yang dari hati itu pasti berbeda. Aku selalu optimis dan nggak sedih meskipun banyak yang menirukan. Makin banyak perancang di Indonesia, makin senang karena itu meringankan pekerjaan kita. Kalau bajuku yang banyak ditiru, aku justru menganggap itu keberhasilan. Karena keinginanku adalah meng-influence orang Indonesia untuk memakai bahan yang ada di sini dan bergaya Indonesia.
 
Tidak pernah merasa tersaingi?
Aku tidak pernah merasa bersaing, karena aku yakin tiap desainer punya penggemar masing-masing, punya pembeli yang berkepribadian seperti si perancang. Aku nggak pernah pelit berbagi, dalam seminar, saat mengajar, bahkan membuat buku yang mengupas karyaku sendiri. Bagaimana mendapat inspirasi, mix and match baju, menggunakan bahan yang tepat, dan lain-lain. Aku nggak takut ditiru, justru berusaha menginspirasi mereka untuk lebih kreatif.
 
Soal buku bisa diceritakan?
Judulnya 'Fashion is My Playground', tujuannya memang untuk share ilmu. Aku ingin desainer-desainer baru punya konsep, lebih mudah mencari inspirasi, dengan begitu tidak menjadi follower lagi. Aku timbulkan perasaan bahwa mereka unik, bisa bikin sesuatu yang berbeda, dan percaya diri dengan karyanya itu. Jangan selalu mengikuti trend, dan jangan pernah beranggapan kalau tidak mengikuti tren nggak akan laku.
 
Menyiapkan buku apa lagi?
Banyak sekali buku yang tertunda karena program pelatihan, misalnya buku tentang Lennor (second line brand Lenny Agustin), isinya bagaimana mencampurkan bahan tradisional ke gaya kasual.

Yang saat ini pengen banget, buku tentang pewarnaan alam. Batik, meskipun sangat Indonesia, juga mengghasilkan limbah industri karena memakai pewarna kimia. Aku ingin buat buku pewarnaan alam agar desainer muda bisa menuntun perajin batik dan kain tradisional untuk kembali ke masa lalu dengan pewarna alam.

Rencananya, aku akan buat buku yang simpel, tidak seperti kamus yang rumit dan sulit menemukan bahannya. Aku akan pilih 12 warna yang mudah didapat, sehingga mudah diaplikasikan.
 
Obsesi yang belum kesampaian?
Masih sangat banyak, salah satunya membuat barang Lenny Agustin jadi retail dan membuat brand untuk kalangan menengah ke bawah. Ternyata fashion designer itu kerjanya nggak cuma bikin baju. Salah satu penyebab fashion Indonesia belum maju seperti orang luar, karena dokumentasi itu tidak ada. Makanya aku ingin membuat dokumentasi kain-kain Indonesia dari nol sampai dibuat untuk fashion, tapi itu belum terwujud. Sangat banyak sebenarnya yang ingin aku lakukan di dunia mode.
 
Meski Lenny memiliki perhatian yang sangat besar di bidang fashion dan edukasi para desainer, ia tetaplah seorang ibu bagi anak-anaknya. Di luar fashion, ia masih selalu meluangkan waktu untuk keluarga, yang dianggapnya sebagai sumber semangat dan percaya diri. Ibu tiga anak ini bisa dibilang sukses sebagai wanita wirausaha, sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Seperti apa sosoknya di rumah?
 
Sangat sibuk menjadi fashion designer, bagaimana membagi waktu dengan keluarga?
Kalau tidak bekerja, aku meluangkan waktu untuk keluarga. Masak bersama anak-anak, membuat kue kering, dan sebagainya. Setiap pagi, aku temani anak-anak mandi, sarapan. Setelah itu aku nge-gym, dan masih menyempatkan mengobrol dengan suami. Barulah, sekitar pukul 10.00 atau 11.00 kami berangkat kerja.

Sepulang itu, aku juga masih sering menemani anak-anak tidur. Hari Minggu pun sama mereka, walaupun waktunya sedikit tapi bisa berkualitas. Apalagi anak-anakku sangat mandiri, karena sejak kecil aku perlakukan mereka seperti orang dewasa. Aku menghargai pendapat mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan selalu memberi pilihan agar mereka mengerti konsekuensi. Itu lebih efektif, karena mereka jadi lebih kreatif, dan merasa sebagai orang dewasa.
 
Arti keluarga untuk Lenny?
Sangat penting, tanpa keluarga yang bisa mengerti dan mendukung, kita jadi malas berkarya. Keluarga sangat mengerti pekerjaan aku. Suami tidak pernah melarang aku pergi ke daerah-daerah atau fashion show dan lembur sampai malam. Anak-anak juga membanggakan aku.

Percaya diri itu datang dari keluarga, kalau mereka bilang rambutku jelak atau karya dibilang nggak bagus, dan mereka protes karena aku nggak ada waktu, kan jadi down. Untungnya keluargaku tidak seperti itu, semua mendukung.
 
Menjadikan mereka sebagai sumber inspirasi?
Inspirasi datang dari hal yang menyenangkan dan lucu. Kalau dari keluarga, mungkin anak-anak yang menjadi inspirasiku. Bahkan mainan atau baju-baju mereka pun bisa menjadi inspirasi buat aku.
 
Membicarakan Lenny Agustin, tak pernah lepas bicara soal penampilan. Pasalnya, penampilan perempuan energik yang satu ini sangat unik. Selalu memakai pakaian tradisional yang kasual, dan rambutnya cepak yang selalu diwarnai. Terkadang hijau, ungu, atau kuning, sesuai suasana hati. Alih-alih nyentrik, penampilan itu justru membuatnya selalu tampak fresh dan awet muda.
 
Apa benar kalau rambut tidak diwarnai jadi tidak percaya diri?
Iya, sekarang begitu, karena sudah sejak 2007 potong pendek dan diwarnai. Orang juga sudah mengenal aku dengan rambut seperti itu. Tiap bulan, selalu ke salon mengecat rambut, entah dengan warna yang sama atau ganti. Sebagai fashion designer, aku banyak bertemu orang dari pagi sampai malam.

Dulu sewaktu rambutku masih panjang, mudah lepek, jadi nggak proper banget kalau mau bertemu orang. Sudah kusut, lepek, wajah pun jadi nggak segar. Kalau pendek, diwarnai, sampai malam pun tetap segar. Itu terbawa ke diri sendiri juga, sugesti merasa lebih fresh.
 
Terbiasa make- up juga?
Sebenarnya cuek dari dulu, malas make-up karena takut merusak kulit. Tapi setelah jadi fashion designer, orang mulai banyak kenal, jadi terpaksa pakai make-up. Aku baru merawat kulit sejak umur 36, sekarang aku 39 tahun. Awal jadi desainer tahun 2002, masih belum suka ber-make up karena jarang bertemu orang. Tapi sejak fashion show tunggal tahun 2007, banyak orang mau bertemu, meeting, mengajar, otomatis mulai biasakan diri memakai make-up.
 
Untuk penampilan sendiri, lebih suka yang branded?
Aku sih enggak ya, karena ada yang membeli itu hanya karena status. Kalau nggak memakai barang branded merasa tidak percaya diri, menganggap orang akan nggak respek, dan lain-lain. Aku sih nggak merasa perlu, kecuali desainnya suka. Murah atau mahal, kalau aku suka, akan aku beli. Sebenarnya aku jarang membeli barang branded, sudah sekitar 5 tahun ini nggak beli.

Seorang Jamaah Meninggal di Peringatan 40 Hari Wafatnya Uje

Aku lebih banyak pakai produk sendiri atau beli produk teman yang kreatif. Tidak perlu mahal, tapi keren. Aku tetap percaya diri meskipun orang-orang merendahkan, dianggap nggak punya uang. Apalagi aku nggak pernah pakai perhiasan, aku sendiri nggak peduli. Kalau merasa minder, itu problem. Tergantung kita, mau percaya diri atau enggak. Kalau terlalu dipikirkan, bisa drop, jadi ya cuek saja.

Pernah merasa tidak percaya diri?
Sepertinya nggak ada momen nggak PD. Karena aku nggak pernah merasa cantik dan pintar, jadi nggak memikirkan percaya diri. Cukup dandan yang lucu saja.
 
Merasa tidak cantik tapi tetap percaya diri, apa resepnya?
Jadi orang baik, punya personaliti yang baik. Itulah yang akan membuat kita percaya diri. Yang penting aku selalu baik, orang juga nyaman dekat sama aku, itulah percaya diri. Aku yakin orang nggak melihat dari sisi cantik, tapi seberapa orang menyenangkan. Percuma kalau cantik tapi judes, jutek, orang jadi malas dekat-dekat kita.
 
Selain kepribadian (personality), apa lagi yang harus dimiliki perempuan?
Pasti harus punya sesuatu pemikiran, jangan nggak punya. Harus ada sesuatu yang dilakukan. Kalau tidak punya skill dan tidak ada yang bisa dibanggakan, akan minder.

Michael Douglas Bantah Oral Seks Adalah Pemicu Kankernya

Ini penting bagi semua perempuan, karena kita tidak bisa mengharapkan sesuatu dari orang lain, termasuk pasangan. Karena mereka bisa hilang, kalau kita tidak mandiri, akan susah saat kehilangan pasangan. Mandiri dan punya penghasilan, akan membuat kita lebih percaya diri.
 
Setuju dengan konsep ibu rumah tangga?
Sebenarnya setuju, tapi aku takut menjalankan itu. Jadi seorang ibu tidak harus full time menjadi ibu rumah tangga, itu justru membuat anak-anak lebih manja. Lagipula, kasihan nasib ibu dan anaknya di masa depan, kalau terjadi apa-apa degan ayahnya.

Misalkan ayahnya meninggalkan mereka, bagaimana kelangsungan hidupnya kalau istri tidak terbiasa kerja. Kerja nggak mesti pergi, bisa dari rumah. Posisi perempuan akan aman, dan lebih percaya diri. Bekerja juga mendorong kita berpenampilan bagus, ini juga menjadi salah satu kunci hubungan langgeng.

9 Menit, Waktu Ideal untuk Bermain Cinta

Kalau setiap hari malas mandi, malas dandan, dan hanya pakai daster, bagaimana suami saat mengghadapi lingkungan kerja yang dipenuhi perempuan cantik dan wangi? 
 
Argumentasi Lenny yang dituturkan dengan antusias itu, diakhiri dengan senyum. Ia sendiri sudah jelas memilih, menjadi perempuan tangguh yang bekerja, juga tetap siap sedia untuk keluarga. Kiprah di dunia kerjanya pun tak sekadar main-main, ia menjadi salah satu panutan desainer muda di Indonesia, yang peduli pada kondisi fashion bangsa. Sosoknya memang bisa menjadi inspirasi bagi perempuan yang masih bingung menentukan arah hidupnya. Seperti kata Lenny, kita harus memiliki personaliti yang baik dan sebuah pemikiran cemerlang.

(ren)

Bra

Cup Bra Terlalu Besar Picu Gangguan Kesehatan

Bra yang tidak pas dapat berpengaruh pada postur dan organ internal.

img_title
VIVA.co.id
7 Juni 2013