Strategi Pertamina Jadi BUMN Kelas Dunia
- Pertamina
VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mendorong agar BUMN dapat menjadi perusahaan-perusahaan kelas dunia. Dahlan bahkan gencar meminta agar perusahaan-perusahaan pelat merah melebarkan sayapnya ke luar negeri.
Sebanyak empat perusahaan milik pemerintah pun telah mengunjungi negara bekas perang, Irak, untuk menjajaki berbagai bentuk kerja sama. Keempat BUMN tersebut adalah PT Perusahaan Listrik Negara, PT Pertamina, PT Wijaya Karya Tbk, dan PT Adhi Karya Tbk.
Menjadi perusahaan berkelas dunia merupakan program lama Pertamina. Setidaknya pada 2008, Pertamina sudah mencanangkan Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Pertamina yang menitikkan sektor hulu sebagai fokus perusahaan. Dalam RPJP itu, strategi Pertamina menargetkan bisa menjadi perusahaan energi sekelas Petronas pada 2018 dan menjadi perusahaan energi 15 besar dunia pada 2023.
Sejak saat itu, Pertamina getol memburu lapangan-lapangan minyak di luar negeri, seperti di Sudan, Qatar, Australia, Vietnam, dan Malaysia. Dalam data aset Pertamina Hulu Energi, perusahaan memiliki 9 blok di tujuh negara. Pengelolaan blok tersebut bekerja sama dengan berbagai perusahaan migas internasional.
Pertamina memiliki satu blok di Malaysia yang berlokasi di offshore Sarawak. Blok SK-305 dikelola Pertamina bersama Petronas Carigali dan PVEP, Vietnam. Dalam blok ini, Pertamina mempunyai kepemilikan saham 30 persen. Status blok SK-305 sejak Juni 2011 sudah mulai beroperasi.
Di Vietnam, Pertamina mempunyai dua blok, yaitu Blok 10 dan Blok 11,2. Pertamina mempunyai saham 11,20 persen dan sisanya dimiliki oleh Petronas Carigali, PVEP, dan Quad Energy SA. Saat ini, status blok tersebut dalam pengembangan dan dijadwalkan pada 2012 sudah mulai berproduksi.
Sementara itu, di Australia, Pertamina mempunyai satu blok, yaitu blok BMG yang dikelola bersama Rock Oil Ltd, Beach Petroleum Ltd, Ceizo E&P Ltd, dan Sojitz Energy. Pertamina memiliki saham sebesar 10 persen dan hingga saat ini blok tersebut masih dalam fase non produksi.
Pertamina juga memiliki blok migas di Qatar bernama blok 3. Kepemilikan saham Pertamina di blok ini sebesar 25 persen dan sisanya oleh Wintershall AG, Cosmo Energy, dan E&D Ltd. Status blok tersebut sedang studi geologi dan geofisika, serta estimasi pengeboran pada 2012.
Di Sudan, Pertamina memiliki blok 13 dengan saham sebesar 15 persen. Pertamina mengoperasikan bersama dengan CNPC Sudapet, Dindir Petroleoum, Africa Energy, Express, dan Petroleum & Gas Co. Ltd. Saat ini masih dalam studi geologi dan geofisika.
Pertamina juga mempunyai dua blok di Libya, yaitu Blok 17-3 dan Blok 123-3 dengan kepemilikan saham 100 persen. Namun, akibat situasi politik dan keamanan Libya yang belum stabil hingga saat ini, aktivitas Pertamina di kedua blok tersebut belum beroperasi.
Di Irak, Pertamina mempunyai blok 3WD yang merupakan blok onshore west dessert dengan kepemilikan blok 100 persen. Saat ini, aktivitas blok tersebut masih dalam eksplorasi.
Pada Juni lalu, Pertamina membeli 32 persen saham Petrodelta, S.A, Venezuela, milik Harvest Natural Resources Inc. Cicit BUMN Venezuela itu memiliki lapangan dengan cadangan 486 juta barel ekuivalen minyak bumi (mmboe). Jauh lebih besar dari Blok Cepu yang hanya 250 juta mmboe.
Di dalam negeri, Pertamina terus memburu bisnis hulu secara agresif dengan mengambil alih lapangan Offshore North West Java (ONWJ), yang sebelumnya dimiliki BP Indonesia. Selain itu, Pertamina mengambil alih blok West Madura Offshore (WMO).
Sejak lapangan tersebut diambil alih Pertamina, dari tahun ke tahun produksinya terus meningkat. Produksi lapangan ONWJ naik dari 21 ribu barel per hari menjadi 30 ribu barel per hari. Sementara itu, di lapangan WMO, Pertamina menargetkan kenaikan produksi dari 13.400 barel per hari menjadi 40.500 barel per hari dalam lima tahun ke depan.
Tak tanggung-tanggung, untuk menjalankan target ini, sejak 2011 hingga 2015, Pertamina siap menggelontorkan dana Rp359 triliun. Alokasi terbesar, yaitu 85 persen, akan digunakan untuk investasi di sektor hulu. Sementara itu, sisanya akan ditanamkan di sektor hilir.
Selain fokus di hulu, Pertamina juga fokus di hilir dengan membangun bisnis yang menguntungkan. Pertamina tak hanya sekadar menjalankan distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebagai kewajiban, tetapi juga mementingkan margin. Harapannya, Pertamina bisa meningkatkan nilai perusahaan. (art)