Mengintip 'Sang Penari' dari Balik Lensa
- Dok.Pribadi
VIVAnews - Sebuah film berjudul 'Sang Penari' akan segera dirilis pada 10 November mendatang. Film ini diadaptasi dari novel 'Ronggeng Dukuh Paruk' karya Ahmad Tohari. Mengingat ketenaran novelnya di tahun 80-an, film ini tampaknya memang sudah ditunggu-tunggu dan membuat sebagian orang penasaran.
Lalu, akan seperti apakah cerita di balik pembuatan filmnya? Kepada VIVAnews.com, sang cameraman yang juga Director of Photography, Yadi Sugandi mengungkapkannya.
"Saya pegang kamera rasanya ikut bermain dengan semua karakter yang ada. Begitu dekat rasanya dengan masa tahun 1946 sampai 1965," tutur Yadi.
Yadi yang sebelumnya menyutradarai trilogi 'Merah Putih' itu menuturkan bahwa pengambilan gambar dilakukan di tiga lokasi, yaitu wilayah Banyumas, Tegal, dan Purwokerto, Jawa Tengah.
"Sampai sekarang daerah tersebut tetap miskin dan nggak ada listrik. 97 persen saya handheld (kamera) 35mm, 19 kilogram selama 45 hari," katanya.
Menurut dia, proses produksi film 'Sang Penari' sempat mundur karena berbagai persiapan. Film ini disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Sementara itu, naskahnya dikerjakan oleh tiga orang yakni, Ifa Isfansyah, Salman Aristo, dan Shanty Harmayn.
Film 'Sang Penari' dibintangi oleh Oka Antara dan Prisia Nasution, yang berperan menjadi Rasus dan Srintil. Sederet nama bintang papan atas lainnya juga ikut membintangi film ini seperti Slamet Rahardjo, Landung Simatupang, Lukman Sardi, Happy Salma, dan Teuku Rifnu Wikana.
Menurut Yadi, meski baru pertama kali bekerja sama, namun chemistry antara dirinya dan sang sutradara pun berjalan lancar di film 'Sang Penari'. "Selama ini, Ifa sekolah di Korea, bagaimana pun dia sangat terpengaruh pola Korea. Dia juga membiarkan semua pemain berkreasi," katanya.
Karena kendala cuaca, lokasi pun sempat berpindah sementara waktu dan kembali lagi ke Banyumas. Kisah asmara antara Rasus dan Srintil ini dikemas menggunakan bahasa Indonesia campur dengan logat Tegal. (art)