16-10-1934: Long March Bersejarah Mao Zedong

Pemimpin China, Mao Zedong, saat melakukan long march
Sumber :
  • International Journal of Socialist Renewal

VIVAnews - Pada 77 tahun lalu, Tentara Merah Partai Komunis China memulai perjalanan panjang menembus pengepungan kubu Nasionalis di barat daya China. Perjalanan sejauh 9.600 kilometer yang memakan waktu 368 hari ini dikenal sebagai Ch'ang Cheng atau "Long March".

Perang sipil antara kubu Nasionalis dan Komunis China pecah pada 1927. Empat tahun kemudian, pemimpin komunis Mao Zedong terpilih sebagai presiden Republik Soviet China yang berpusat di provinsi Kiangsi, barat daya China.

Antara 1930 hingga 1934, pemimpin Nasionalis Chiang Kai-shek melancarkan lima operasi pengepungan di sekitar wilayah Republik China. Laman stasiun televisi The History Channel memberitakan bahwa Mao berhasil menangkal empat operasi pertama dengan taktik gerilya.

Namun Chiang menambah jumlah pasukan menjadi 700.000 orang pada serangan kelima dan membangun benteng mengepung Soviet China. Ratusan ribu warga terbunuh atau mati kelaparan dalam upaya mempertahankan diri.

Akibatnya, Mao dilengserkan oleh Komite Sentral Komunis. Pemimpin baru Komunis menjalankan taktik perang kuno dan keberadaan Tentara Merah dihapuskan.

Keadaan itu memaksa Komunis di Kiangsi memutuskan untuk menembus pengepungan. Long March dimulai pada pukul 5 sore, 16 Oktober 1934, secara rahasia dan dilakukan pada malam hari. Beberapa pekan kemudian, pihak Nasionalis baru menyadari bahwa Tentara Merah telah melarikan diri.

Pasukan yang melarikan diri terdiri dari 86 ribu prajurit, 15 ribu personil, dan 35 perempuan. Senjata dan kebutuhan pokok dipikul atau diangkut dalam gerobak kuda. Panjang iringan pejalan kaki mencapai 80 kilometer.

Hampir sebulan setelah berjalan kaki, militer Nasionalis menutup rute penyeberangan Sungai Hsiang. Sebanyak 50 ribu prajurit Komunis tewas dalam upaya menembus penjagaan Nasionalis ini.

Setelah kejadian ini, Mao kembali menancapkan kukunya dalam kepemimpinan partai. Dia diangkat kembali sebagai ketua pada Januari 1935 di kota Tsuni. Mao kemudian mengubah strategi. Dia memecah pasukannya menjadi beberapa bagian kecil dengan rute berbeda untuk membuat musuh bingung.

Mao juga memutuskan tidak akan menyerang musuh dan mengubah tujuan menjadi provinsi Shensi. Di sana, Komunis akan berupaya memenangi simpati rakyat dengan melawan tentara Jepang.

Setelah melalui kelaparan, serangan udara, dan pertempuran tanpa henti dengan tentara Nasionalis, Mao dan rombongan tiba di Shensi Utara pada 20 Oktober 1935. Mao disambut tentara berkuda yang menyapa dia dengan hangat dan menandai akhir perjalanan bersejarah tersebut.

"Selamat datang, Ketua Mao," ujar salah satu penunggang kuda. "Kami mewakili warga Provinsi Shensi Utara, bagian dari Republik Soviet. Kami telah menunggu Anda."

Selama lebih dari setahun, para pejalan kaki Komunis telah melalui 24 sungai dan 18 pegunungan. Hanya 4.000 prajurit yang berhasil tiba di tujuan.

Perjalanan terpanjang dalam sejarah ini merupakan awal kebangkitan Mao Zedong sebagai pemimpin Komunis China. Setelah Long March, ribuan pemuda China mendatangi Shensi dan mendaftar untuk bergabung dalam Tentara Merah.

Tentara Merah berperang melawan Jepang selama sepuluh tahun hingga Perang Sipil China berakhir pada 1945. Empat tahun kemudian, Nasionalis berhasil dikalahkan dan Mao memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China. Dia memerintah hingga meninggal pada 1976.

Calon Dewas KPK Benny Mamoto Ungkap Alasan KPK Banyak Kalah Praperadilan