PLN Bangun PLTA di Wamena Papua
- friendster.com
VIVAnews- Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berdaya 100MW di Wamena, Papua. Proyek itu memakan dana US$400 juta atau setara Rp3,5 triliun.
Direktur Energi Baru dan Terbarukan PLN Muhammad Sofyan mengatakan kabupaten Wamena memiliki potensi energi sangat besar. Sungai Baliem yang terletak di daerah itu terletak di lokasi strategis, terdiri delapan wilayah dengan potensi listrik rata-rata 100-200MW.
"Potensi suplai mencapai 1000 MW, namun permintaannya masih sedikit," ungkap Sofyan usai diskusi bertema "Perlukah PLTN dibangun di Indonesia untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Nasional" di Gedung Balai Sidang Universitas Indonesia, Selasa, 19 April 2011.
Sedangkan kebutuhan sembilan kabupaten di sekitar PLTA Wamena masing-masing sekitar 6MW atau sekitar 50 MW. Studi kelayakan pembangunan PLTA itu diperkirakan mencapai setahun yang dilanjutkan pembangunan konstruksi selama 4-5 tahun. "Targetnya 2015-2016 baru dapat berfungsi."
Dari segi biaya, pembangkit listrik di Papua memang lebih mahal dibanding bagian Indonesia lainnya. Biaya produksi PLTA di Papua mencapai US$5000/kW sedangkan biaya di Pulau Jawa US$2.000/kW dan Kalimantan US$3.000/kW.
Sofyan menjelaskan, potensi pembangkit listrik terbarukan masih sangat besar. Dari hasil riset, potensi tenaga air di Indonesia mencapai 75ribu MW, 25ribu MW diantaranya di Papua. "Dari tiga tahapan, yang berpeluang hanya 21 persen. Sebab, ada ketimpangan antara suplai yang besar dan permintaan yang sedikit pada daerah seperti Papua."
Energi dari PLTA itu nantinya akan diintegrasikan dengan pertambangan dan perkebunan di setiap lokasi. Dia mencontohkan, PLTA Urumuka yang akan dibangun di kawasan Freeport dengan daya 300 MW itu akan menutupi kebutuhan Freeport sebesar 200 MW. Sisanya dapat disewa PLN untuk listrik di wilayah Timika dan sekitarnya. Selain itu PLN juga membangun tiga PLTA berskala kecil masing-masing 20 dan 4 MW sesuai permintaan wilayah setempat. "PLN akan membangun PLTA lebih banyak, sekitar 60 persen dan sisanya dibangun swasta," kata Sofyan.