Pil Ini Bisa Sembuhkan Cacat Moral?

Obat pereda sakit
Sumber :
  • dok. Corbis

VIVAnews - Ini memang seperti sebuah cerita fiksi. Tapi, suatu hari mungkin kita bisa mengobati cacat moral seseorang dengan menggunakan pengobatan melalui pil.

Para ilmuwan memang sangat tertarik untuk mengembangkan teknologi biomedis yang dapat mempengaruhi proses biologis, sehingga bisa meningkatkan perilaku moral seseorang.

"Sekarang, ini menjadi topik yang hangat di bidang riset saintifik," kata Dr Tom Douglas, periset dari Uehiro Centre Oxford University, seperti dikutip dari situs Guardian.

Menurut Douglas, yang juga merupakan salah satu pengarang buku Enhancing Human Capabilities, sebenarnya saat ini sudah ada obat-obatan yang dapat mempengaruhi pemikiran berlandaskan moral serta perilaku. 

Prozac, misalnya, bisa meminimalkan agresi dan kegetiran terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata lain, obat ini juga bisa membuat pasien menjadi lebih kompromis. Sementara itu, Oksitosin, atau biasa disebut dengan 'hormon cinta', diketahui dapat meningkatkan perasaan terhadap ikatan sosial dan empati, sekaligus juga mengurangi rasa cemas. 

"Para ilmuwan akan mengembangkan lebih banyak obat-obatan. Sekarang saja, misalnya, kita bisa meminta resep beberapa dosis Oksitosin, sebagai obat semprot di hidung," kata Douglas. Namun, tak semua orang setuju dengan pendapat Douglas.

Deputy Director of Oxford Centre for Neuroethics Guy Kahane, mengatakan bahwa obat mungkin bisa mempengaruhi respon emosional seseorang. Namun, menurut Kahane, meningkatkan perilaku moral, bukanlah sesuatu yang bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan.

Lagipula, andaikan hal itu bisa, ia juga ragu apakah orang-orang mau dengan sukarela menenggak pil demi memperbaiki moralnya. Kahane mengatakan, membuat seseorang menjadi lebih baik, tidak agresif, dan lebih lembut berarti membuat orang itu menjadi lebih mudah dieksploitasi orang.

Song Joong Ki Umumkan Kelahiran Anak Kedua Bersama Katy Louise Saunders

Di sisi lain, Kahane mengakui, bila hal ini diterapkan secara luas, mungkin memang bisa membantu manusia dalam mengatasi masalah global dan kemanusiaan. Namun, Ruud ter Meulen, Director of the Centre Ethics University of Bristol, memperingatkan, obat ini kadang juga bisa menimbulkan efek buruk. 

"Oksitasin memang bisa menanamkan rasa percaya dan kerjasama dengan orang lain pada kelompok sosial yang sama. Tapi ini juga bisa mengurangi rasa empati kepada orang yang berada di luar kelompoknya," kata Meulen.

Tambah 10 Perjalanan, Simak Jadwal Terbaru LRT Jabodebek di Akhir Pekan

Contoh lainnya, Meulen menjelaskan, pengobatan terhadap penyakit Parkinson menggunakan stimulasi otak juga bisa mengakibatkan pasien menjadi lebih berani mengutil dari toko, bahkan menjadi agresif secara seksual.

Meulen lebih setuju bila obat-obat pendongkrak perilaku moral ini digunakan pada sistem peradilan kriminal.

Profil Mega Putri Aulia, Artis yang Nangis Minta Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Tidak Ditayangkan Ulang

"Pil-pil ini akan lebih efektif bila digunakan untuk pencegahan dan mengobati kriminal daripada menjebloskan orang ke penjara," katanya. Di Indonesia, mungkin ini bisa diberikan kepada para pejabat atau wakil rakyat yang korup dan tidak bermoral. (umi)

Budaya Guilt dan Shame sebagai solusi penegakan moral dan keadilan di Indonesia.

Perlunya Pembiasaan Guilt and Shame Culture bagi Masyarakat Indonesia

Peningkatan kesadaran moral dengan budaya guilt and shame culture untuk Indonesia lebih baik.

img_title
VIVA.co.id
17 Februari 2024