Misteri Kematian Astronom Abad 16 Diselidiki
- Space.com
VIVAnews - Kuburan astronom terkenal asal Denmark dari abad 16, Tycho Brahe, digali kembali oleh para peneliti untuk memecahkan misteri kematiannya.
Makam Brahe yang terletak di Gereja Tyn Church, Praha Ceko, akan diperiksa kembali oleh tim peneliti internasional yang beranggotakan arkeolog dari Ceko dan Denmark, dokter, pakar kimia, serta antropolog kesehatan.Â
Mereka akan melakukan pengujian DNA serta diagnostik modern lain untuk mempelajari sebanyak mungkin data tentang kesehatan Tycho Brahe semasa hidupnya.
Brahe adalah astronom besar yang meninggal pada 1601 dan dikenal sebagai pembuat alat pengukuran bintang dan planet yang paling akurat, tanpa bantuan dari teleskop.
"Kami tidak tahu apa yang kira-kira akan kami temukan dan kami juga tidak mengetahui bagaimana tulang-tulang Tyhcho Brahe diawetkan," ujar Jens Vellev, ketua tim peneliti yang berasal dari Aarhus University, kepada Space.com.
Ini juga akan diikuti oleh kru film yang akan mendokumentasikan investigasi terhadap sisa jenazah Brahe.Â
"Ini adalah kesempatan langka untuk mengikuti kelompok peneliti dari Denmark dan luar negeri untuk mengungkap era Tycho Brahe, kehidupannya, juga kematiannya," kata Anna Elisabeth Jessen, tim dokumentasi dari Danish Broadcasting Corporation.Â
Penelitian terhadap kehidupan Brahe memang menarik, karena ia adalah sosok ilmuwan yang kehidupannya diwarnai oleh banyak kisah.
Ia dikenal sebagai ilmuwan yang menggunakan hidung porstetik (tiruan) dari perak akibat kehilangan sebagian hidungnya saat berduel di malam gelap.Â
Semasa hidupnya, Brahe telah mengkatalogkan lebih dari 1.000 bintang, menemukan konstelasi Casiiopeia pada 1527, serta berhasil membuktikan bahwa komet adalah obyek luar angkasa bukan di atmosfer bumi.
Menurut badan antariksa dan penerbangan AS NASA, Brahe juga sempat mempekerjakan ilmuwan terkenal lain, Johannes Kepler, sebagai asistennya.
Kematian Brahe banyak disebut, disebabkan oleh infeksi kandung kemih, gara-gara enggan ke toilet saat menghadiri perjamuan, karena alasan etika kesopanan.
Selang sebelas hari setelah perjamuan, Brahe meninggal. Namun, ada juga yang mencurigai bahwa Brahe diracun karena ditemukan jumlah kadar air raksa yang tinggi di kumisnya.Â
Penelitian ini sendiri bukan merupakan upaya yang pertama. Sebelumnya, makam Brahe juga sempat dibongkar pada 1901, bertepatan dengan ulang tahun kematiannya yang ke-300, namun hasil penelitian tadi tidak tercatat dengan baik.
"Tidak ada hasil pengukuran data atau foto yang kami dapatkan dari penelitian pada tahun 1901. Hanya ada deskripsi fisik pada tengkorak yang tersisa," kata Vellev.Â
Pada penelitian kali ini, para peneliti akan mengambil sampel tulang-tulang dan sisa-sisa jenggot Brahe. Tak hanya itu, peneliti juga berharap akan menemukan sisa-sisa baju sutra yang digunakan.Â
Makam Brahe akan diteliti selama empat hari, sejak Jumat mendatang. Diperkirakan misteri kematian Brahe akan bisa diungkap pada 2011. (umi)