Salim di Tengah Persaingan Bisnis Susu

Anthoni Salim, CEO Indofood
Sumber :
  • indofood.co.id

VIVAnews - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk kemarin merampungkan seluruh proses untuk menjadi perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama masa penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), perseroan mampu meraup dana Rp6,29 triliun.

Pada perdagangan perdana Kamis 7 Oktober 2010, harga saham perusahaan di sektor konsumsi itu juga menguat Rp555 (10,29 persen) ke level Rp5.950.

Namun, dari perolehan dana sebesar itu, mayoritas akan digunakan untuk membayar utang kepada induk perusahaan, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan perbankan. Perseroan memiliki utang senilai Rp4,1 triliun kepada Indofood Sukses Makmur dan Rp1,1 triliun pada beberapa bank.

Sementara itu, hanya sebagian kecil dana untuk pengembangan usaha, di antaranya untuk peningkatan kapasitas pabrik beberapa produk seperti mi instan, susu, penyedap makanan, dan nutrisi serta makanan kaleng.

"Kapasitas noodle akan meningkat menjadi 13 persen dari sekarang," kata Sekretaris Perusahaan Indofood Sukses Makmur, Werianty Setiawan.

Saat ini, kapasitas produksi mi instan mencapai 15,7 miliar bungkus per tahun. Peningkatan kapasitas tersebut akan dilakukan oleh pabrik di Jakarta, Palembang, dan Semarang.

Adapun untuk peningkatan kapasitas produk susu sebanyak dua kali lipat dan terealisasi pada 2014. Sementara itu, nutrisi dan makanan kaleng peningkatan kapasitas akan terjadi pada 2013.

Lalu, bagaimana untuk menghadapi persaingan global? Apakah langkah Anthoni Salim, direktur utama Indofood CBP untuk melepas 20 persen saham kepada publik di antaranya merupakan salah satu jalan menyisir pasar global?

Apalagi, dalam masa penawaran umum perdana saham beberapa waktu lalu, penjatahan untuk investor ritel juga lebih kecil dibanding institusi.

Namun, Anthoni hanya merendah ketika ditanya mengenai hal ini. "Kami lihat perekonomian di dalam negeri," kata dia ketika ditemui VIVAnews di Jakarta, Kamis 7 Oktober 2010.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Indofood CBP, Herry Kurniawan, menjelaskan bahwa Indofood masih ingin memperkuat pasar lokal. "Basis kami di pasar lokal, karena masih kuat," tuturnya. Salah satunya dengan mengembangkan bisnis dairy.

Direktur Keuangan Indofood CBP, Thomas Thjie, pun menegaskan perseroan akan mengembangkan kapasitas produksi susu. "Kami akan bangun pabrik susu pada 2012," ujar dia.

Pada lini bisnis susu yang dikomandoi putra mahkota, Axton Salim itu, selama paruh pertama 2010, penjualan telah mencapai Rp1,64 triliun dengan laba usaha Rp221,12 miliar.

Terpilih Anggota DPR RI Termuda Usia 23 Tahun, Annisa Maharani Punya Harta Kekayaan Rp 5,8 Miliar

Sedangkan pesaing terdekat Indofood, PT Unilever Indonesia Tbk, pada periode yang sama membukukan penjualan Rp2,4 triliun dari bisnis makanan dan minuman. Produk es krim Walls merupakan salah satu merek dari bisnis dairy Unilever yang paling dijagokan.

Pengembangan lini bisnis susu melalui PT Indolakto itu diperkuat setelah Indofood Sukses Makmur menyelesaikan transaksi akuisisi secara tidak langsung 68,57 persen saham perusahaan senilai US$350 juta.

Akuisisi rampung setelah sebelumnya perseroan menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Pastilla Investment Limited untuk mengakuisisi 100 persen atau setara 320.000.001 saham Drayton Pte Ltd. Drayton memiliki sekitar 68,57 persen saham di Indolakto.

Indolakto merupakan produsen susu dan produk berbasis susu, seperti beragam jenis susu, mentega, dan es krim. Merek yang diusung Indolakto antara lain Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Orchid Butter, dan Indoeskrim. Indolakto  merupakan salah satu perusahaan susu terbesar di Indonesia, selain PT Nestle Indonesia dan PT Frisian Flag Indonesia.

Di industri susu ini, pesaing Indofood CBP di lantai perdagangan bursa di antaranya adalah PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk dan Unilever Indonesia.

Ultrajaya saat ini menguasai 50 persen pangsa pasar untuk produk susu di dalam negeri. Produk susu Ultrajaya juga telah di pasarkan ke Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Meski tergolong pendatang baru di bursa, nilai kapitalisasi pasar Indofood CBP telah mencapai Rp34,4 triliun, atau jauh meninggalkan Ultrajaya yang hanya Rp4,65 triliun. Namun, nilai kapitalisasi pasar Indofood CBP masih lebih kecil dibanding Unilever yang tercatat Rp131,6 triliun. 

Indonesia merupakan konsumen bahan makanan terbesar di Asia Tenggara. Alokasi konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk makanan dan minuman mencapai 51 persen.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, berkembang pesatnya industri makanan dan minuman sangat ditunjang oleh populasi penduduk Indonesia yang kini telah mencapai 230 juta jiwa dengan pendapatan per kapita yang terus naik dari US$1.946 per dolar pada 2007 menjadi US$2.590 pada 2009.

Selain itu, nilai omset industri makanan dan minuman telah mencapai Rp600 triliun pada 2009.