Perangi Kekurangan Gizi Lewat Pemanfaatan Tanaman Liar

Hayu Dyah Patria Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2011
Sumber :
  • Satu Indonesia

VIVA – Sebanyak 17,7 juta warga Indonesia mengalami kekurangan gizi. Angka tersebut merupakan data yang dikeluarkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2022.

Angka kekurangan gizi merupakan data yang dirilis FAO sejak 2019-2021. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai penduduk dengan angka tertinggi kekurangan gizi di kawasan Asia Tenggara dengan total 6,5 persen populasi nasional.

Warga penderita kekurangan gizi terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pemenuhan kebutuhan gizi pada makanan masih sangat kurang.

Dialah Hayu Dyah Patria seorang perempuan kelahiran Gresik Jawa Timur yang dapat dikatakan pahlawan masa kini untuk memerangi kekurangan gizi. Perempuan kelahiran 27 Januari 1981 itu mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan tanaman liar untuk diolah dan dapat dikonsumsi sebagai makanan kaya gizi.

Ilustrasi anak kekurangan gizi

Photo :
  • VIVA/Sherly

Masyarakat cenderung menganggap tanaman budidaya yang memiliki banyak gizi, padahal tanaman liar yang tumbuh di sekitar pekarangan warga juga memiliki kandungan gizi jika diolah dengan baik.

Hayu Dyah Patria hanya memiliki niatan bagaimana melestarikan tanaman liar sekaligus memerangi angka kekurangan gizi di Indonesia.

“Untuk melestarikan tanaman liar, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi dengan cara yang masuk akal,” katanya.

Dia mengedukasi warga Galengdowo di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang untuk memanfaatkan tanaman liar, sehingga masyarakat tidak bergantung pada makanan yang mahal yang sering dianggap memiliki gizi tinggi.

Masyarakat cenderung dengan alasan ekonomi tidak memenuhi standar gizi pada makanan sehari-hari, padahal jika diolah dengan benar, tanaman liar justru kaya gizi dan tentunya enak dikonsumsi.

347 Rumah di Tangerang Terendam Banjir Hingga 1 Meter

Sebagai ahli teknologi pangan, Hayu Dyah memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang bagaimana cara memanfaatkan tanaman liar tersebut untuk bisa dikonsumsi. Semangat tersebut yang membuat dia pantang menyerah meskipun banyak masyarakat yang berpikir mengkonsumsi tanaman liar adalah tidak lazim.

Ilustrasi PEKASAZI (Pembentukan Keluarga Sadar Gizi).

Photo :
  • vstory
50 Orang Kena Razia Gegara Olahraga dengan Pakaian Ketat dan Celana Pendek di Aceh

Berkat semangat pantang menyerah, Hayu Dyah pelan-pelan dapat mengedukasi masyarakat memanfaatkan tanaman liar di sekeliling mereka.

Rasa Prihatin

Kisah Inspiratif Della Rahmawati, Usung Inovasi Pangan untuk Masa Depan Gizi Indonesia

Banyaknya masyarakat miskin di sekitarnya, membuat Hayu Dyah berpikir keras bagaimana berkontribusi untuk memerangi kemiskinan tersebut. Setiap saat gambaran kemiskinan di kepalanya menjadi beban dia untuk bertindak lebih jauh.

Dia mengitari lingkungan sekitar untuk mencari ide. Melihat tanaman liar di sekitar membuat dia melahirkan ide cemerlang untuk mengolah tanaman liar tersebut agar dapat dikonsumsi.

Tentu saja Hayu Dyah memahami cara mengolah tanaman liar layak dikonsumsi. Tinggal bagaimana cara mengedukasinya pada masyarakat yang sangat berat. Secara perlahan dia mencoba mengubah pola pikir warga tentang tanaman liar yang sering dianggap gulma yang sering dibersihkan warga.

Daun Kastuba misalnya memiliki kandungan mineral dapat dikonsumsi oleh manusia yang memiliki kandungan gizi. Atau Daun Krotok yang menjadi musuh petani namun ternyata memiliki nilai gizi. Makanan kesukaan jangkrik ini kaya berbagai vitamin yang menjadi senyawa pendongkrak kecerdasan.

“Daun krokot banyak mengandung asam lemak omega-3 untuk perkembangan sel otak anak,” ujarnya.

Masyarakat dapat memetik tanaman tersebut tanpa harus membelinya. Meskipun gratis, namun kandungan gizi yang dimiliki tanaman liar ini tidak kalah dengan tanaman budidaya.

“Tanaman ini bisa didapat tanpa uang. Tinggal petik, tapi kandungan gizinya tak kalah dari tanaman budidaya,” kata Hayu.

Hasil tidak pernah mengkhianati usaha, berkat edukasi Hayu masyarakat mulai paham manfaat tanaman liar yang sering dicabut karena dinilai merusak pemandangan. Kini banyak warga mulai sadar berkat edukasi yang terus dilakukan Hayu.

Pada 2011 Hayu Dyah Patria menjadi salah satu dari lima penerima apresiasi apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra. Apresiasi tersebut merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya