Berkali-kali Diserang Milisi Houthi, Arab Saudi Marah atas Iran
- Aljazeera
VIVA – Rangkaian serangan drone dan rudal milisi Houthi asal Yaman atas Arab Saudi - terakhir atas Ibu Kota Riyadh pada 23 Juni lalu - menyisakan kemarahan yang besar dari kerajaan tersebut. Saudi pun menuduh Iran sebagai gembongnya berdasarkan hasil laporan penyelidikan yang telah disampaikan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kemarahan Arab Saudi atas serangan dari milisi Houthi sokongan Iran itu dilontarkan oleh Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia, Essam bin Abed Al-Thaqafi, dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu 2 Juli 2020.
"Sehubungan dengan laporan mengenai bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam tindakan-tindakan agresi melalui dukungannya kepada milisi teroris Houthi di Yaman terhadap Arab Saudi, di mana bukti-bukti tersebut telah disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, yaitu berupa puing-puing (25) drone dan rudal jelajah, dengan ini saya Duta Besar Kerajaan Arab Saudi di Jakarta menyampaikan bahwa Pemerintah Arab Saudi memiliki kemampuan untuk mempertahankan infrastrukturnya dan telah dan telah menerapkan sejumlah teknologi canggih untuk menemukan sumber senjata dan rudal yang menargetkan instalasi minyaknya, yang mana tindakan yang menimbulkan kerugian dan pengaruhnya terhadap stabilitas ekonomi global tersebut telah dikutuk keras oleh masyarakat internasional," demikian Dubes Saudi dalam pernyataan tertulis tersebut.
Menurut dia, tindakan sabotase yang menargetkan instalasi minyak bukan hanya menargetkan Arab Saudi saja, tetapi juga menargetkan komunitas internasional dan ekonomi global, di mana serangan tersebut telah menyebabkan penurunan produksi minyak sebesar 50% setara dengan 5,7 juta barel per hari. Tudingan pun diarahkan Saudi kepada Iran.
"Hal ini tidak lah aneh dari rezim yang mengekspor revolusi, sejak kudeta Iran pada 1979 dan agresi Iran yang terus meningkat terhadap Arab Saudi secara khusus, di mana akibat serangan Iran tersebut sebanyak 113 warga Saudi menjadi korban dan sejumlah ekspatriat lainnya," lanjut Dubes Saudi.
Arab Saudi pun mengajak kepada para ahli internasional dan kalangan PBB untuk berpartisipasi dalam penyelidikan mencerminkan transparansinya dengan komunitas internasional mengenai kebenaran apa yang terjadi dan mengklarifikasinya dengan bukti-bukti, dan masyarakat internasional memikul tanggung jawabnya dan ini telah dilakukan dengan penyelidikan independen dan transparan.
Kerajaan Arab Saudi, lanjut Dubes, sangat serius untuk mengamankan jalur laut internasional dan serta instalasi-instalasi minyak, berdasarkan kepeduliannya terhadap perdamaian dan keamanan internasional, dan kembali menegaskan bahwa Iran adalah negara yang mengadopsi teroris Houthi.
Arab Saudi juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk menekan rezim Teheran untuk mengubah perilakunya dan menjadi sistem yang normal dan berhenti mengeluarkan kebijakan luar negeri yang agresif terhadap kawasan dan dunia. "Laporan dan hasil penyelidikan tersebut memperkuat sikap terhadap perpanjangan embargo senjata, ekspor dan larangan impor ke Iran dan menjatuhkan sanksi terhadap program rudal balistik Iran, mengingat bahwa rudal dan drone yang digunakan dalam serangan terhadap kerajaan menggunakan teknik peluncuran jarak jauh," lanjut Dubes Saudi.
Kerajaan Arab Saudi lantas juga menekankan perlunya bertindak sesuai dengan hukum internasional untuk meminta pertanggungjawaban Iran atas agresinya dan pentingnya mengambil tindakan terhadap program nuklir dan balistik yang sedang dikembangkan oleh Rezim Iran.