Korsel Kini Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona, Apa Penyebabnya?

Suasana tes cepat virus corona di ibu kota Korsel Seoul (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • YouTube / Arirang

VIVAnews – Korea Selatan kini menghadapi gelombang kedua pandemi virus corona. Pemerintah Ibu Kota Seoul bahkan bersiap untuk kembali memberlakukan aturan jarak sosial jika jumlah penambahan kasus terus tinggi, atau bila rata-rata jumlah kasus tidak bisa ditekan menjadi 30 dalam tiga hari mendatang. 

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

"Bila Seoul tertular [oleh virus], seluruh Republik Korea juga akan tertular," kata Wali Kota Seoul, Park Won-soon, pada 22 Juni 2020 seperti dikutip euronews

Menurut laman Worldometers, hingga Selasa sore WIB 23 Juni 2020, jumlah kasus virus Corona di Korsel sebanyak 12.484 dengan jumlah kasus baru 46. Sedangkan jumlah yang sembuh 10.908 orang, sedangkan yang meninggal dunia bertambah satu menjadi 281 jiwa. 

Alasan Pemerintah Pilih Bangun Terowongan Bawah Laut ke IKN Dibanding Jembatan di Teluk Balikpapan

Pada hari Senin lalu jumlah penambahan kasus baru di Korsel sebenarnya turun menjadi 17, setelah sebelumnya sempat mencapai 67 kasus dan merupakan pertama kalinya dalam 20 hari terakhir jumlah penambahannya di bawah 20 kasus. Meski demikian, pemerintah setempat mengingatkan angka tersebut bisa kembali melonjak hingga menyentuh lebih dari seratus kasus jika warga tak bisa menjaga jarak sosial dengan warga lainnya.

Lonjakan kasus juga didorong oleh banyaknya warga yang mengunjungi bar dan kelab malam di Ibu Kota Seoul, sejak pemerintah melonggarkan aturan jarak sosial. Pemerintah Seoul pun kini bersiap untuk kembali memberlakukan aturan jarak sosial yang ketat, jika rata-rata penambahan kasus mencapai jumlah teratas selama tiga hari ke depan dan jika tingkat hunian di rumah sakit kota melonjak melewati 70 persen.

BI Teken Kerja Sama dengan Bank of Korea, QRIS Bakal Bisa Buat Transaksi di Korsel

Selain Seoul, pemerintah Kota Daejeon juga akan melarang pertemuan di ruang publik, setelah munculnya klaster baru, meski dalam jumlah kecil.

Setelah berhasil meredam angka penularan virus corona April lalu, Korsel kini berjuang melawan gelombang kedua pandemi. Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel, Jeong Eun-kyeong, Senin menyatakan kini tengah berlangsung gelombang kedua pandemi, yang dipicu oleh keramaian saat musim libur Mei lalu.

“Di area metropolitan [Seoul], kami yakin bahwa gelombang pertama terjadi dari Maret sampai April, begitu pula dari Februari hingga Maret,” kata Jeong, seperti dikutip People Senin kemarin. Selain karena libur akhir pekan mulai Mei lalu, lanjut Jeong, munculnya penularan baru dipicu bersamaan dengan pembukaan kembali restoran dan klab malam.    

Pihaknya sempat mengira bahwa gelombang kedua penularan virus corona tadinya bakal berlangsung pada musim gugur atau musim dingin akhir tahun nanti. Ternyata malah lebih cepat. “Perkiraaan kami salah. Selama masyarakat tidak saling jaga jarak, kami yakin penularan akan berlangsung,” lanjut Jeong.

Sempat Menurun

Menurut Euronews, Korsel sempat berhasil menekan tingkat penularan Covid-19 berkat program tes besar-besaran dan melacak kontak (contact tracing) setelah melaporkan sekitar 500 kasus baru per hari di awal Maret lalu. Namun, sejak akhir Mei, angka penularan naik lagi menjadi sekitar 40 hingga 50 kasus per hari - sebagian besra dari kawasan metropolitan Seoul, yang jadi tempat bermukim bagi setengah dari 51 juta rakyat Korsel.   

Hampir 200 kasus penularan terkait dengan para pegawai dari sebuah perusahaan sales door-to-door di Seoul, yang sebagian besar dari mereka berusia lebih dari 60 tahun. Selain itu, 70 kasus lagi yang dilacak berasal dari suatu klub tenis meja di Seoul, di mana sebagian anggotanya menularkan virus di suatu gereja.  

Kluster lain juga dilaporkan di pusat kota Daejeon, pertanda bahwa covid-19 mulai menyebar luas di Korsel. Juga muncul belakangan ini peningkatan kasus impor, yang membuat pihak berwenang menghentikan sementara pemberian visa baru bagi para pendatang dari Pakistan dan Bangladesh.  
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya