Impor AC, Mesin Cuci, Sampai Buah-Buahan Turun pada Mei 2020

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat anjloknya kinerja impor Indonesia pada Mei 2020. Impor pada bulan itu hanya sebesar US$8,44 miliar, turun 42,20 persen di banding bulan yang sama pada 2019. 

Prabowo Soroti Penyelundupan Impor Tekstil, Wamenaker: Lonceng Peringatan untuk Semua Pihak

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, turunnya kinerja impor itu terjadi di seluruh sektor menurut penggunaan barangnya, yakni konsumsi, bahan baku atau penolong, serta barang modal. 

Untuk barang konsumsi, pada Mei 2020 hanya tercatat sebesar US$930 juta turun 39,83 persen secara tahunan. Sedangkan bahan baku hanya US$6,11 miliar atau turun 43,03 persen dan barang modal hanya US$1,39 miliar atau turun 40 persen.

Tok, Prabowo Putuskan Pemerintah Tak Impor Beras pada 2025

Penurunan impor barang konsumsi terbesar, kata Suhariyanto, terjadi untuk barang-barang seperti mesin AC, mesin cuci maupun jeruk mandarin dan buah kurma karena sudah berakhirnya masa Lebaran.

"Dianataranya mesin AC, kemudian jeruk mandarin dari Tiongkok juga buah kurma karena Ramadhan dan Idul Fitri 2020 sudah berlalu, juga untuk mesin cuci," kata dia saat telekonferensi, Senin, 15 Juni 2020.

Tindak Tegas Barang Impor Ilegal, Bea Cukai Tanjung Emas Gelar Pemusnahan

Adapun untuk barang modal, dikatakannya yang mengalami penurunan impor terbesar diantaranya berbagai peralatan untuk keperluan telepon genggam, gula mentah, gandum, dan juga untuk tepung kedelai. 

Sementara itu, untuk barang modal yang mengalami penurunan terbesar diantaranya bebebrpaa bagian untuk radio telekomunikasi dan telegrafi, komputer, mesin pengepakan dan mesin oven. 

"Hanya dua komoditas impor yang tumbuh positif yakni ampas atau sisa industri makanan untuk pakan ternak serta beberapa produk kimia," ungkap Suhariyanto.

Jika dirujuk berdasarkan negara asalnya, impor Indonesia masih tumbuh ke beberapa negara, terbesar dari dari Afrika Selatan US$54,5 juta, Rusia US$33,5 juta, Republik Ceko US$25,3 juta. Sementara yang turun terbanyak dari Tiongkok US$1,41 miliar, Jepang US$672,4 juta dan Thailand, US$321,3 juta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

Kinerja Perekonomian Nasional Tetap Tangguh, Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif di Akhir Tahun 2024

Inflasi yang terkendali dan PMI yang ekspansif menunjukkan dunia usaha tetap optimis dengan kondisi perekonomian nasional ke depan.

img_title
VIVA.co.id
2 Januari 2025