Kemenko Maritim Gagas Penguatan Blue Economy Usai Pandemi Covid-19

Nelayan menyortir ikan tongkol hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Koetaraja, Banda Aceh, Aceh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa

VIVA – Dalam upaya memulihkan perekonomian setelah diterjang pandemi virus corona atau covid-19, sejumlah negara telah melakukan berbagai kebijakan di mana salah satunya melalui sektor Blue Economy atau Ekonomi Biru.

Terapkan ESG, PLN Indonesia Power Usung Blue Economy Dongkrak Sektor Pariwisata

Guna membahasnya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Safri Burhanuddin menjelaskan, Indonesia telah menjadi salah satu peserta dalam acara International Maritime Webinar Series: "Building Stronger Blue Economy After Covid-19 Pandemic".

Webinar yang bekerja sama dengan CSIRO dan UN-ESCA serta dihadiri lebih dari 600 peserta dari berbagai negara itu, membahas bagaimana respons dan aksi dari masing-masing negara, serta apa yang mereka lakukan terhadap pandemi covid-19 ini melalui model Blue Economy tersebut.

Benarkah Mpox Terjadi karena Vaksin COVID-19? Ini Penjelasan Kemenkes

"Kita ketahui bahwa covid-19 berdampak luar biasa terhadap sektor Blue Economy. Sehingga perlu kerja sama mengurangi dan memperbaiki dampak tersebut," kata Safri dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat 29 Mei 2020.

Untuk Indonesia sendiri, Safri menjelaskan bahwa hal yang pertama kali dilakukan dalam menghadapi covid-19 adalah mengubah cara pandang seperti apa yang disampaikan Presiden Jokowi, yakni hidup berdampingan dengan covid-19.

Indonesia Siap Kolaborasi Kembangkan Ekonomi Biru

"Kita pelajari bahwa kita akan hidup berdampingan dengan covid-19 dalam waktu yang cukup lama, maka mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan dengan tidak bersembunyi. Kita harus menghadapi dan tentu secara bertahap kita akan terbuka dengan hal ini," ujar Safri.

Khusus dalam Blue Economy seperti wisata bahari, perikanan, dan makanan laut, pemakalah dari CSIRO, Andy Steven menjelaskan, permasalahan yang sama juga dihadapi oleh Australia. Hingga saat ini, Australia juga tengah berjuang untuk memperbaiki sistem logistik dan kembali memperkuat pasar.

"Nah, sekarang dengan aktivitas ekonomi saat ini, pasar otomatis terbuka, kegiatan transportasi jalan. Kemudian kalau nanti mal atau restoran mulai buka, maka bahan-bahan baku seperti seafood akan bertambah. Ini akan memajukan pertumbuhan ekonomi," ujarnya. 

Sejalan dengan itu, Director Environment & Development UN-ESCAP, Stefanos Fotiou menekankan, kita harus siap menerima kenyataan dengan cara yang berbeda. Kalau dulu kita bisa datang ke restoran beramai-ramai, untuk sekarang kita batasi karena social distancing, dan itu akan menyesuaikan di mana kita harus beradaptasi akan hal itu. Demikian juga dikatakan bahwa konservasi laut dan pengendalian perubahan iklim tetap harus berjalan walaupun pandemi ini sedang terjadi.

Di satu sisi, lanjut Safri, covid-19 memang menjadikan lingkungan lebih bagus, namun sayangnya membuat ekonomi tidak berjalan. Padahal jika membahas Blue Economy, maka baik lingkungan maupun ekonomi harus tetap berjalan dan memberikan manfaat bagi banyak orang di semua lapisan.

“Jadi kalau cuma lingkungan yang jalan dan ekonomi tidak bermanfaat, maka Blue Economy belum jalan. Jadi ini sekarang bagaimana kita menyeimbangkan situasi baru dan dengan situasi ini kita bisa beradaptasi dengan covid-19, tetapi ekonomi kita tetap berjalan dengan baik," ujarnya.

Diketahui, peran Kemenko Marves dalam Blue Economy sendiri adalah sebagai leading sector, sekaligus pembuat big policy sehingga semua saling bersinergi. Di mana, secara teknis di dalamnya juga ada Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, Kementerian PUPR, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Pertemuan internasional secara virtual seperti ini rencananya akan dilakukan secara reguler dengan mengangkat isu-isu terkini.

ilustrasi masker mencegah penularan influenza, COVID-19 dan TBC

Indonesia Peringkat 2 Kasus TBC Tertinggi di Dunia, Ahli: Yang Meninggal Lebih Banyak dari COVID-19

Indonesia menempati peringkat 2 untuk kasus TBC terbanyak di dunia. Hal itu diungkap oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. Ali Ghufron Mukti.

img_title
VIVA.co.id
12 September 2024