Begini Cara Kementan Jaga Produktivitas Karet di Tengah Wabah Corona

VIVA – Kementerian Pertanian menggelar pengendalian penyakit gugur daun karet atau GDK di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Kegiatan ini, dilakukan untuk mengurangi kehilangan produksi akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan atau OPT yang menyerang karet.

Perkuat Kompetensi SDM, Kementan Review Modul Pelatihan Perkebunan Sawit

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan upaya ini dimaksudkan untuk membantu dan mendorong petani melakukan pengendalian OPT secara mandiri pada pusat-pusat serangan.

"Jadi upaya ini agar petani melakukan pengendalian OPT secara mandiri pada pusat-pusat serangan. Selain itu, agar OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya,” jelas Kasdi dalam keterangannya, Jumat 15 Mei 2020.

Tak Hanya Urus Kelapa Sawit, BPDPKS Ganti Nama Jadi Badan Pengelola Dana Perkebunan

Menurut Kasdi, upaya pengendalian ini perlu dilakukan meski saat ini terjadi pandemi covid-19, agar produktivitas karet terjaga dan petani tetap berpenghasilan. Tentu saja dengan memperhatikan protokol Kesehatan, sesuai anjuran pemerintah.
  
"Diharapkan petani tetap semangat melakukan perawatan tanaman karetnya, khususnya pengendalian OPT sehingga kehilangan hasil dapat dicegah dan produksi karet petani tidak menurun," ucapnya.

Sementara itu, sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kehilangan hasil karet petani, Direktorat Jenderal Perkebunan telah mengalokasikan anggaran pada tahun 2020 melalui Tugas Pembantuan (TP). 

Program Hilirisasi Diminta Berpihak kepada Petani

Untuk Provinsi Jambi, kegiatan pengendalian dilakukan di lahan perkebunan karet di Kabupaten Tebo, seluas 100 hektare. Di Bangka Belitung pengendalian dilaksanakan di kebun karet seluas 50 hektare yang berlokasi di Kabupaten Bangka. Sedangkan untuk Sumatera Selatan kegiatan akan dilaksanakan di Kota Prabumulih seluas 50 hektare.

"Untuk Jambi dan Babel kegiatannya sudah dimulai sejak 11 Mei lalu, sedangkan untuk Sumsel kegiatannya akan dilaksanakan di Bulan Juni," tambahnya.

Seperti diketahui, penyakit GDK yang tidak ditangani dengan baik, berpotensi menurunkan produktivitas karet yang berimbas pada penurunan produksi nasional dan penurunan pendapatan petani. 

Padahal tidak bisa dipungkiri karet memiliki peranan penting dalam industri dan prospek menguntungkan baik dari serapan dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, keberadaannya bisa mengurangi emisi gas rumah kaca, menjaga kondisi alam dan rehabilitas lingkungan.

Penyakit GDK yang sering menyerang ini disebabkan jamur Colletotrichum gloeosporioides, Corynespora cassiicola, Oidium heveae, Fusicoccum sp, dan Pestalotiopsis sp serta penyakit jamur akar putih. 

Tanaman karet yang terkena penyakit GDK akan mengalami kerusakan pada daun, yang kemudian rontok secara bersamaan. Jika tidak ditangani, pohon akan meranggas dan bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini menyebabkan penurunan produksi getah 15 hingga 25 persen.

Pengendalian penyakit GDK ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanis dengan menebang, membongkar dan memusnahkan tanaman yang mati. Kedua, cara sanitasi kebun dengan mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber serangan. Ketiga, secara kimiawi dengan penggunaan fungisida.

Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto

Mengenalkan Perkebunan Sejak Dini: Edukatif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya sektor pertanian khususnya perkebunan bagi perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
24 November 2024