Kisah Pelaut India Diculik Bajak Laut di Perairan Nigeria
Bhagyashree memberi ibu mertuanya piring logam, membuat gelang merah dan emas di tangannya melorot. "Saya yakin ia akan pulang," katanya. "Ini baru permulaan bagi kami, jadi bagaimana saya bisa hidup tanpa dirinya? Saya percaya Tuhan yang Maha Kuasa--bahwa ia akan pulang, bahwa ia harus pulang. Ini tidak bisa berakhir seperti ini."
Mereka akhirnya menikah pada bulan Januari. Pasangan itu punya ruangan sendiri di lantai atas, tapi setiap malam keempatnya makan layaknya keluarga di ruang tamu kecil di lantai dasar. Malam ini, sepupu Sudeep, Swapna --yang terus berjuang untuk pembebasan Sudeep--datang berkunjung, dan ia menyanyikan lagu cinta Bollywood tahun 1960an setelah makan malam.
Pulang ke keluarga dan komunitasnya yang dekat satu sama lain, Sudeep sepertinya mulai stabil. Ia sekarang bekerja di kampus pelayaran setempat, mengajar pelaut muda soal keamanan di laut, meskipun ia tidak lagi berlayar. Ia menunjukkan kebahagiaan bersama keluarga dan teman-temannya, tapi sulit mengatakan apa dampak disandera bajak laut selama berbulan-bulan terhadapnya. Mereka jarang bicara soal itu.
"Traumanya masih ada," katanya kepada saya, saat kita mengemudi di jalanan Bhubaneswar yang gelap, diiringi musik pop dari pengeras suara di mobil. "Tapi semuanya OK. Saya menikah dan semua teman-teman dan keluarga saya di sini… Jika saya melaut maka trauma itu akan kembali lagi ke pikiran saya."
Penyanderaan itu telah usai namun Sudeep dan pelaut lainnya masih terikat birokrasi untuk mencari tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas penculikan mereka. Sejak mereka pulang, mereka tidak mendapat gaji atau kompensasi apapun. Sudeep memperkirakan ia seharusnya dibayar US$10.000 selama ia berlayar dan disandera selama lebih dari tujuh bulan. Kapt. Christos tidak merespon pertanyaan mendetail soal penculikan itu, apakah ia keberatan jika disebut ia berhutang gaji kepada Sudeep, dan soal nasib pria Ghana yang masih tinggal di sarang pembajak.
Dalam surat elektronik ia mengatakan: "Semua kru yang diculik telah dibebaskan dengan aman dan telah pulang ke rumah masing-masing, HANYA karena upaya pemilik kapal!" Perusahaan terus menyanggah bahwa Apecus terlibat perdagangan minyak ilegal, dan mengatakan kapal berlabuh di Pulau Bonny untuk memperbaiki kapal dan membeli suplai. Saat ini kasusnya masih bergulir di pengadilan di Nigeria.
Pengalaman Sudeep menunjukkan rentannya situasi mereka yang terkena masalah atau dieksploitasi di lautan--sebuah wilayah yang, dalam teori, dilindungi oleh regulasi dan hukum tenaga kerja tapi kenyataannya sulit diterapkan. Pelaut merupakan garis terdepan perdagangan global--minyak dari Nigeria dapat ditemukan di stasiun bahan bakar di Eropa Barat, termasuk di Inggris, dan India dan beberapa negara Asia lainnya. Banyak cerita seperti yang dialami Sudeep yang merefleksikan harga nyawa karena kegagalan pengamanan di Teluk Guinea. Tak seperti Somalia, Nigeria--negara dengan ekonomi terbesar di Afrika--tidak mengizinkan patroli penjaga laut internasional di perairannya.
Setelah apa yang dilaluinya, tidak terbayang bahwa Sudeep masih harus berjuang lagi. Tapi ia mengatakan ia masih akan berjuang sampai akhir. "Saya sudah melalui [penculikan] dan ini berarti saya bisa menghadapi apapun dalam hidup saya," katanya saat kami mengemudi lagi di tengah malam. "Tidak ada yang bisa menghancurkan mental saya. Karena bagi saya ini adalah kelahiran kedua saya, hidup saya kali ini berbeda."
Saya bertanya kepadanya apakah memang demikian. "Saya tidak merasa demikian--ini adalah hidup kedua saya," jawabnya. Kami lalu parkir di luar rumahnya--jam menunjukkan pukul 11 malam tapi lampu masih menyala di dalam rumah. Bhagyashree dan orangtua Sudeep telah menanti.