Apakah kita Kembali Berjabat Tangan Bila Wabah Virus Corona Berlalu?
Jabat tangan mungkin salah satu kebiasaan manusia yang sulit untuk ditinggalkan sesudah pandemi ini. Namun ada alternatif untuk itu, menurut tulisan James Jeffrey berikut ini.
Jabat tangan bisa jadi dilakukan saat berpisah oleh dua orang yang tak akan berjumpa lagi, tapi bisa juga penanda kesepakatan bisnis miliaran dolar dua orang pebisnis raksasa.
Banyak kisah tentang asal-usulnya. Jabat tangan bisa jadi bermula di Yunani Kuno sebagai penanda perdamaian dua orang, yang memperlihatkan tak ada senjata di tangan mereka.
Kelompok Kristen Quaker dianggap memopulerkan jabat tangan karena ini dipandang lebih egaliter daripada membungkuk.
Cristine Legare, profesor psikologi di University of Texas at Austin, Amerika Serikat, menyatakan jabat tangan merupakan “sikap tubuh yang memperlihatkan keterhubungan antar manusiaâ€.
Dengan sejarah ribuan tahun, mungkin terlalu sulit jabat tangan itu dihentikan begitu saja.
Dorongan biologis
“Kini kita banyak yang memakai salam dengan siku sebagai alternatif. Ini memperlihatkan betapa pentingnya sentuhan. Kita tak ingin kehilangan sentuhan fisik,” kata Prof Legare.
Dorongan biologis untuk menyentuh dan disentuh juga ditemukan pada hewan. Tahun 1960, psikolog Amerika Harry Harlow memperlihatkan ini pada monyet rhesus.