Kisah Pelaut Ditolak Beberapa Pulau, Telantar 3 Bulan di Lautan
"Saya berkata saya tak punya tujuan lain dan mereka menyuruh saya untuk kembali ke perairan lepas. Akhirnya saya mengiyakannya, tapi memohon mereka agar mengizinkan saya membeli makanan dan bahan bakar."
Dia memberi hampir US$1.400, atau sekitar Rp21 juta rupiah kepada petugas tersebut sebagai imbalan atas 1.000 liter diesel dan persediaan makan selama satu bulan ke depan.
Sebuah kapal yang membawa apa yang dibutuhkan Wong akhirnya tiba, namun tak bisa mendekatinya karena ketentuan jaga jarak sosial.
"Saya mengeluarkan kapal karet kecil dan mendorongnya ke arah mereka. Mereka kemudian meletakkan barang-barang itu di sana dan aku menariknya kembali. Kami membutuhkan banyak waktu untuk menarik dan mendorongnya."
Dia kemudian kembali berlayar menuju Fiji. Pada masa tersebut, keluarganya di Singapura menghubungi Kementerian Luar Negeri untuk memastikan agar dia bisa dengan aman berlabuh di negara itu.
Dia hanya bisa menunggu dan berharap yang terbaik.
Pilihan yang dia miliki tinggal sedikit, namun dia berada di titik terendah ketika kapalnya menabrak karang.
"Itu terjadi sekitar April, ketika baling-balik saya rusak. Saya ingat hari itu, angin kencang mulai berhembus - itu sangat kuat," tuturnya mengenang saat itu.
Baru kemudian dia menyadari bahwa dia berada sekitar 926 km dari Badai Harold - badai yang meluluh-lantakkan kepulauan Pasifik dan menyebabkan belasan orang meninggal dunia.