Alasan Hutama Karya Terbitkan Surat Utang Global Rp9 Triliun

Foto udara jalan tol Trans Sumatera sesi ruas Bakauheni-Terbanggi Besar yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lampung
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – PT Hutama Karya telah menerbitkan obligasi berupa Global Bonds, dengan nilai mencapai sebesar US$600 juta atau setara Rp9 triliun.

Libur Isra Mi’raj dan Imlek, 426 Ribu Kendaraan Tercatat Melintas Tol Trans Sumatera

Wakil Direktur Utama Hutama Karya, Aloysius Kiik Ro menjelaskan, nantinya perolehan dana dari hasil obligasi itu akan dimanfaatkan pihaknya, guna melanjutkan proses pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera.

"Intinya, (dana hasil global Bonds) ini untuk melanjutkan Tol Trans Sumatera," kata Aloysius dalam telekonferensi, Selasa 5 Mei 2020.

Tokenisasi Obligasi Pertama di Indonesia Resmi Diluncurkan, Dorong Capital Inflow

Aloysius mengaku, langkah untuk menerbitkan global bonds ini sebelumnya sudah dibahas di internal perusahaan selama tiga bulan. Hingga akhirnya, rencana itu bisa dieksekusi pada Senin 4 Mei 2020 kemarin.

"Di mana, dalam surat utang yang diterbitkan kali ini, Hutama Karya akan menawarkan imbal hasil (yield) mencapai 3,8 persen," ujarnya.

Selama Nataru 2024/2025, HK Catat 2,2 Juta Kenderaan Melintas di Tol Trans Sumatera

Diketahui, dalam penawaran global bonds-nya kali ini, Hutama Karya berhasil membukukan kelebihan permintaan dari investor sebesar hampir enam kali dari nilai yang diterbitkan.

Pihak Hutama Karya sendiri memastikan bahwa hal ini merupakan bukti bahwa korporasi di Indonesia, khususnya BUMN, masih dilirik sebagai alternatif investasi investor global.

Para investor yang melakukan pembelian Global Bonds Hutama Karya ini pun diketahui berasal dari Asia (42 persen), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (30 persen), dan Amerika Serikat (28 persen).
 

Penulis buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki.

Robert Kiyosaki Ramal Pasar Saham dan Obligasi Ambruk di Februari 2025, Tapi Aset Ini Justru Makin Meroket

Robert Kiyosaki memperingatkan bahwa Februari 2025 akan menjadi saksi dari 'crash’ terbesar dalam sejarah, yang bisa mengguncang pasar saham dan obligasi.

img_title
VIVA.co.id
31 Januari 2025