Akibat Corona Indeks Aktivitas Manufaktur RI Terendah di Asia
- Dokumentasi PT Grand Kartech Tbk.
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, dampak wabah virus corona terhadap ekonomi Indonesia semakin terasa pada April 2020. Itu ditandai dengan turun sangat dalamnya Purchasing Managers Indeks (PMI) manufaktur.
Berdasarkan laporan IHS Markit, pada April 2020 PMI Indonesia hanya mencapai nilai 27. Hanya dalam waktu satu bulan, nilai indeks tersebut turun drastis dari catatan Maret 2020 sebesar 45,3. Sedangkan di bulan-bulan pada tahun sebelumnya bertengger di kisaran 50.
Sri mengatakan, angka indeks tersebut merupakan nilai indeks terburuk di kawasan Asia. Akibatnya aktivitas manufaktur Indonesia menjadi yang paling buruk jika dibandingkan negara-negara lain yang terlebih dahulu telah terdampak virus corona (covid-19) seperti Jepang dan Korea Selatan.
"PMI kita 27, paling dalam di negara Asia bahkan terhadap Jepang dan Korea Selatan. Kedalaman jatuhnya di sektor manufaktur ini harus kita waspadai," tegas dia saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Jakarta, Senin, 4 Mei 2020.
Dengan kondisi itu, maka Sri menegaskan ekonomi Indonesia akan mulai mengalami tekanan pada Kuartal I-2020 dan berpotensi berlanjut pada kuartal setelahnya sepanjang 2020. Apalagi, tidak ada satupun yang bisa memprediksi kapan wabah tersebut akan berakhir.
"Di bawah 50 itu sudah kontraksi. Bulan lalu masih mencatat di tempat 45,3 dan pemburukan puncaknya terjadi di bulan April dan diperkirakan Maret akhir dan bulan April dan kemungkinan sampai bulan Mei," tuturnya.
Sri mengaku, terdapat berita baik bahwa jumlah kasus baru wabah corona di Jakarta sudah mengalami penurunan dibanding sebelum-sebelumnya. Namun, kata dia, kondisi itu diiringi dengan terjadinya penambahan kasus di luar daerah Jakarta.
"Terjadi peningkatan mengkhawatirkan di luar Jakarta. Jangan sampai Indonesia mengalami efek ping pong masuk lagi ke Jakarta dan keluar lagi ini jadi masalah menantang di daerah masing-masing," ujar Sri.