Perlukah Angka Kematian PDP dengan Gejala COVID-19 Akut Diumumkan?
Sampai pada 28 April 2020, Indonesia dilaporkan baru melakukan uji RT-PCR terhadap 79.618 orang di 46 laboratorium. Sebanyak 62.544 kasus spesimen yang diperiksa didapatkan data 9.511 positif dan 53.033 negatif.
Merujuk pada data Worldometers.info yang menampilkan data pandemi COVID-19 di seluruh dunia, Indonesia, negara dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk menjadi salah satu negara dengan tingkat pengujian COVID-19 terendah di dunia, yaitu sekitar 291 per 1 juta populasi dengan total pengujian sejauh ini sekitar 79.618.
Sebagai perbandingan, Singapura memiliki tingkat pengujian sebanyak 20.815 per 1 juta populasinya dengan total pengujian sejauh ini sebanyak 121.774. Amerika Serikat menjadi negara dengan total pengujian terbanyak yaitu lebih dari 5 juta pengujian dengan tingkat pengujian sebesar 17.211 per 1 juta populasi.
Meskipun pemerintah telah mendistribusikan lebih dari 436 ribu reagen RT-PCR ke seluruh daerah di Indonesia untuk mempercepat pengujian sampel secara masif, Pandu menilai kebutuhan tersebut masih kurang. Menurutnya, arus logistik terkait kebutuhan reagen ini perlu dijamin agar tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan laboratorium tidak berfungsi.
"Penduduk Indonesia kan 250 juta, PDP seluruh Indonesia berapa? Tiap hari nambah terus,” pungkas Pandu.
"Kita tidak bisa memperkirakan tapi kira-kira untuk Jawa Barat itu minimal harus tersedia 400.000 kita pernah hitung kebutuhannya,” tambahnya.
Tak hanya itu, Pandu juga menilai rapid test yang dilakukan pemerintah tidak sesuai dengan wabah yang saat ini terjadi karena tingkat akurasinya yang rendah.
Kemenkes: Data tidak ditutup-tutupi
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Didik Budijanto menjamin bahwa data yang disampaikan oleh Jurus Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 setiap hari adalah data yang telah diverifikasi, divalidasi berkali-kali dan tidak ada yang ditutup-tutupi.