Virus Corona: Ada Orang Tidak Suka Cuci Tangan, Ternyata ini Sebabnya
"Efeknya yang `membuat kita menjauh` merupakan hal paling berguna," kata Dick Stevenson, psikolog dari Macquarie University, Australia.
Bahkan simpanse, yang kerap terlihat memakan kotoran mereka sendiri di kebun binatang, merasa jijik oleh cairan tubuh individu lain — menunjukkan bahwa rasa jijik bukan sekadar produk budaya manusia, tetapi sesuatu yang berevolusi untuk melindungi kita.
Dan seperti setiap emosi lainnya, seberapa besar rasa jijik yang dirasakan bervariasi dari orang ke orang.
Rasa jijik adalah kekuatan tersembunyi dalam hidup kita, mendorong keputusan politik kita - orang yang lebih sensitif terhadap rasa jijik lebih cenderung memilih partai konservatif - serta apakah kita menerima orang gay, seberapa xenofobik kita, dan mungkin bahkan seberapa takut kita pada laba-laba.
Seperti yang Anda duga, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang tidak mudah jijik lebih jarang mencuci tangan, dan ketika mereka melakukannya, mereka tidak berlama-lama di bawah keran.
Satu studi tentang mencuci tangan di Haiti dan Ethiopia mendapati bahwa pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang urusan kesehatan tidak begitu relevan dengan kecenderungan mereka mencuci tangan dibandingkan kekuatan rasa jijik mereka.
Menjaga kebersihan
Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi bias ini?
Dalam beberapa pekan terakhir, badan-badan kesehatan masyarakat, badan amal, politisi, dan anggota masyarakat bersama-sama meluncurkan kampanye cuci tangan yang mungkin paling antusias dalam sejarah.
Para selebritas turun tangan untuk menunjukkan teknik yang tepat, dan banyak meme tentang cuci tangan membanjiri internet.
Tetapi, mengingat apa yang kita ketahui tentang bias psikologis, akankah upaya-upaya yang baik dan kadang-kadang cerdik ini benar-benar membuat orang yang tidak suka mencuci tangan menjadi sadar?
Alih-alih membuat mencuci tangan terkesan lucu atau seksi, salah satu penelitian berusaha memanfaatkan rasa jijik.
Pada tahun 2009, bersama dengan rekan-rekan dari Universitas Macquarie, Stevenson menguji ide ini pada beberapa mahasiswa.
Setelah ditanyai tentang kebiasaan mencuci tangan dan sensitivitas mereka terhadap rasa jijik, para mahasiswa diminta untuk menonton salah satu dari tiga video: video yang murni mengedukasi, video berisi visual yang menjijikkan, dan kontrol — klip dari sebuah film dokumenter alam yang tidak relevan.
Sekitar sepekan kemudian, para mahasiswa diminta kembali, dan diminta duduk di depan sebuah meja yang di dekatnya disimpan tisu antibakteri dan jel pembersih tangan.