Virus Corona: Ada Orang Tidak Suka Cuci Tangan, Ternyata ini Sebabnya
Jenis delusi ini mungkin punya andil dalam kebiasaan buruk seperti merokok, atau mengapa banyak orang memilih kartu kredit yang akhirnya membuat mereka rugi.
Ia juga bisa membuat sebagian orang tidak mencuci tangan mereka.
Bias optimisme bahkan ditemukan di kalangan calon perawat, yang cenderung menaksir tinggi pengetahuan mereka tentang praktik kebersihan tangan yang baik; dan orang-orang yang menangani makanan dalam pekerjaan mereka, yang selalu menganggap remeh risiko menyebabkan keracunan makanan bagi orang lain.
Pentingnya norma sosial
Petunjuk besar akan pentingnya psikologi dalam mencuci tangan bisa dilihat dalam beragam praktik kebersihan dalam berbagai kebudayaan di seluruh dunia.
Dalam satu penelitian di Prancis, 64.002 orang dari 63 negara ditanyai apakah mereka setuju dengan pernyataan "mencuci tangan pakai sabun setelah menggunakan toilet adalah hal yang Anda lakukan secara otomatis".
Kurang dari setengah responden dari China, Jepang, Korea Selatan, dan Belanda setuju.
Sementara itu, negara dengan tingkat cuci tangan paling tinggi adalah Arab Saudi, dengan 97% responden dari sana mengatakan mereka terbiasa mencuci tangan mereka pakai sabun.
Bahkan di dalam satu negara, tidak semua dari kita bersalah dalam kejahatan terhadap kebersihan.
Contohnya, berbagai studi secara konsisten menunjukkan bahwa perempuan jauh lebih rajin mencuci tangan daripada laki-laki; dalam salah satu penelitiannya, Aunger menemukan bahwa perempuan dua kali lebih mungkin untuk mencuci tangan di toilet-toilet jalan raya di Inggris.
Tren ini bahkan berlanjut hingga pandemi Covid-19, dengan satu jajak pendapat baru-baru ini menemukan bahwa 65% perempuan dan 52% laki-laki mengatakan mereka mencuci tangan secara rutin.
Aunger menjelaskan bahwa variasi dalam kebiasaan mencuci tangan mungkin disebabkan oleh norma sosial.
Jika kita melihat orang lain mencuci tangan mereka di kamar kecil, kita akan melakukannya - tapi, ketika tidak ada yang melakukannya, tidak ada tekanan bagi kita untuk melakukannya.
"Dan faktanya, orang bisa dipandang tidak biasa atau `sombong` jika mereka melakukannya," kata Aunger.