Pemimpin Perempuan Lebih Berhasil Tangani Krisis Virus Corona?
Angela Markel menggunakan pengalaman pribadinya sebagai seseorang survivor holocaust yang pernah kehilangan kemerdekaan dirinya untuk menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat bahwa pandemic ini bisa berdampak pada kehidupan personal mereka.
Angela Markel juga menggugah rasa empati masyarakat untuk saling membantu dan bekerja sama dalam mengatasi pandemi.
"Jacinda Ardern meminta masyarakat Selandia Baru untuk "fokus pada kebaikan", "bersatu melawan COVID-19", dan menggunakan istilah "tim kita berjumlah jutaan"," kata Hani lagi.
Gaya komunikasi yang sama ditunjukkan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang mengatakan kepada warganya bahwa kerjasama berbagai pihak di Taiwan adalah kunci keberhasilan.
"Tsai Ing-Wen bahkan menggunakan istilah "team Taiwan" untuk menunjukkan bahwa pemerintah, rakyat, dan pihak swasta adalah satu tim," kata Hani.
Kanselir Jerman Angele Merkel dalam salah satu jumpa pers di Berlin berkenaan dengan virus corona. (AP: Michael Kappeler, pool)
Di sisi lain, menurut Hani Yulindrasari, apa yang ditunjukkan oleh para pemimpin perempuan tersebut sebenarnya tidak eksklusif bagi mereka saja.
"Gaya komunikasi yang mencerminkan kerendahan hati, kebersamaan, kohesivitas sosial ini diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang feminin."
"Pemimpin laki-laki pun bisa memiliki kepemimpinan yang feminin."
"Dalam situasi pandemik seperti ini, diharapkan lebih banyak lagi pemimpin, baik laki-laki ataupun perempuan, memiliki kepemimpinan feminin yang mengutamakan kepedulian terhadap kemanusiaan," katanya.