Iran Terus Redam Wabah Corona, Tak Gentar Walau Dihantam Sanksi AS

Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad
Sumber :
  • VIVAnews / Renne

VIVA – Iran yakin bisa menekan penyebaran virus corona walau terus ditekan sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat. Iran pun berharap bisa bekerjasama dengan Indonesia bersama-sama dengan banyak negara untuk mengatasi virus Covid-19. 

Demikian menurut Duta Besar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia, Mohammad Azad, kepada tim redaksi VIVAnews, Selasa siang 21 April 2020. Pertemuan ini berformat video conference dari kediaman masing-masing, mematuhi Pembatasan Sosial Berskala Besar dari pemerintah dalam memutus mata rantai penularan virus corona. 

"Hingga 20 April, sudah terdapat 83.500 kasus virus corona di Iran dan 60.000 lebih pengidap sudah sembuh dan sekitar 5.000 meninggal dunia," ungkap Azad. "Untuk itu pemerintah kami terus melakukan pencegahan dan penelitian untuk mencari obat yang ampuh untuk bisa mengobati lebih banyak orang yang terjangkit," lanjut dia.

Selain terus memproduksi masker dan perangkat pengetesan, lanjut Azad, tim peneliti Iran juga terus meneliti obat yang ampuh. Salah satu yang tengah diteliti adalah pengobatan berbasis plasma darah dari penderita yang sudah sembuh.

Salah satu pejabat yang pernah mengidap Covid-19 adalah Wakil Menteri Kesehatan kami. Beliau 3 minggu dirawat dan sudah sembuh dan telah bekerja sekarang. Dia pun ikut sumbang plasma darahnya untuk menjadi riset pengobatan. Berbagai cara pengobatan kamu tempuh," ujar Dubes yang baru awal 2020 bertugas di Indonesia.

Di tengah upaya keras Iran mengatas wabah virus corona, menurut Azad, negaranya masih harus menghadapi tekanan sanksi dari Amerika Serikat, yang disebutnya sebagai terorisme ekonomi. Embargo ekonomi dan perdagangan dari AS telah menghambat usaha Iran dalam membuat negaranya pada posisi yang membutuhkan bantuan internasional. 

"Baru-baru ini Iran berupaya mengajukan pinjaman darurat sebesar US$5 miliar untuk memerangi wabah virus corona. Tapi upaya ini akan dihambat oleh AS," ujar Azad.

Faktor lain yang menyulitkan Iran adalah langkah AS yang menakut-nakuti beragam negara dan perusahaan di dunia untuk tidak menjual obat-obatan dan fasilitas medis kepada kami. Hal ini terjadi pada saat AS mengklaim bahwa obat-obatan dan fasilitas medis bukan termasuk daftar sanksi unilateral mereka.

WHO Nyatakan COVID-19 Bukan Lagi Darurat Kesehatan Global

Namun, segala halangan dari AS itu - yang sudah dialami Iran dalam 41 tahun terakhir - tidak menyurutkan upaya Teheran untuk mengatasi virus corona.   Iran juga telah mengundang pejabat dan tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengunjungi Iran dan melihat fasilitas medis Iran serta memberikan saran dan pengalaman dari berbagai negara kepada Iran untuk menanggulangi COVID-19.

"Ketua Delegasi WHO, Richard Brennan, setelah mengunjungi berbagai kota di Iran menyatakan 'kemajuan signifikan telah dibuat di sektor pengobatan dan diagnosis virus Corona di Iran serta dalam pemberian informasi kepada masyarakat," ungkap Azad. 

Ilmuwan China Ungkap Kemungkinan COVID-19 Berasal dari Manusia

Iran pun percaya bahwa mengalahkan COVID-19 adalah tugas internasional. "Kini telah tiba bagi komunitas internasional untuk menghadapi sikap arogansi anti-hukum dan anti-kemanusiaan AS dan tidak akan membiarkan sanksi AS yang kejam terhadap Iran dapat mempengaruhi upaya menghadapi virus mematikan ini," lanjut dia.
 

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024