Nasib WNI di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Corona Tertinggi
"Beruntung ada solidaritas dari tetangga-tetangganya yang membantu membeli keperluan makanan dan juga meminjamkan termometer."
Ikon sejarah terkenal di Paris Arch de Triomph sepi di tengah krisis wabah virus corona. (Foto: Rizal Lim)
Setelah lewat dari dua minggu, temannya berhasil mengatasi gejala virus corona.
"Sekarang dia sudah mempunyai nafsu makan, temperatur badan kembali normal dan daya penciumannya sudah mulai kembali."
Rizal sendiri yang tinggal di kota Paris mengaku terus-menerus merasa cemas di tengah tingginya jumlah penularan virus corona, dengan pertanyaan kapan dan bagaimana virus ini bisa dikendalikan.
Ia juga resah jika memikirkan dirinya yang mungkin saja sudah tertular virus corona, meski tak menunjukkan gejala, namun dapat menyebabkan orang lain yang rentan menjadi sakit.
"Selama lockdown, saya hanya keluar untuk membeli kebutuhan pokok dengan persiapan selalu memakai sarung tangan plastik dan membawa surat yang menyatakan alasan saya untuk keluar rumah."
Tanpa surat tersebut, ia mengatakan warga di Prancis bisa didenda sebesar 135 euro, atau lebih dari Rp 2,2 juta.
"Saya melakukan olah raga di dalam apartemen saya ... dengan terburu-buru juga membeli sepeda statis," ujarnya.