Pekerja Seni asal Indonesia Mencoba Bertahan Hidup di Australia
Mengandalkan skema bantuan
Sebagai inisiatif membantu warga yang terancam kehilangan pekerjaan di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Australia telah meluncurkan dua skema program subsidi, yakni "JobSeeker" untuk mereka yang tidak memiliki pekerjaan, dan "JobKeeper" untuk mereka yang berstatus karyawan tetap.
Bantuan Centrelink yang diterima Jayanto masuk dalam skema "JobSeeker" karena untuk saat ini Jayanto dianggap tidak punya pekerjaan.
Tak hanya itu, ia juga sedang berusaha untuk mendapatkan bantuan dana, atau "grant" dari sejumlah organisasi seni di Sydney, namun ia harus bersaing dengan 50.000 seniman lainnya.
Jumlah seniman ini juga termasuk 600.000 pekerja lainnya di Australia yang juga mengakses bantuan pemerintah.
Salah satu karya seni Jayanto. Kini Jayanto berusaha menebarkan semangat positif melalui akun media sosialnya.
Supplied: Jayanto
"Sekarang lagi [mendaftar] banyak grant tapi susah mengharapkan dari sana. Saya mendaftar saja, kalau diterima syukur, kalau tidak juga tidak bisa marah," kata Jayanto kepada Natasya Salim dari ABC News.
Namun, bila dirinya menjadi salah satu yang beruntung dan berhasil menerima "grant", Jayanto tetap harus menunggu hingga tahun depan untuk dapat melangsungkan pamerannya.
Jayanto yang karya seninya bertema kisah keluarga, diaspora dan migran, sekarang hanya dapat berkarya di rumah sembari berbagi energi positif bagi para pengikutnya di media sosial.
"Saya sedang menyulam simbol double happiness [kebahagiaan ganda] untuk pameran tahun depan di University of Sydney. Semoga tidak dibatalkan," katanya.
"Saya juga sedang mencoba memasukkan karya masa lalu saya ke Instagram dua hari sekali ketika masih happy. Sekarang kan apa-apa sudah sedih, kelabu. Tapi ketika memasukkan karya saya ke Instagram banyak yang menunjukkan harapan indah."
Menjawab panggilan hati di bidang tarik suara
Jika Jayanto menjalani profesi sebagai seniman secara penuh waktu, tidak demikian halnya dengan Nadira Farid.
Pertama kali menjejakkan kaki di Australia pada tahun 1999, Nadira sebenarnya sudah berprofesi sebagai perawat dan berstatus sebagai staf permanen pada tahun 2016.