Kelompok Produsen Kurangi Output, Harga Minyak Dunia Bangkit
- Istimewa
VIVA – Kelompok Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sesama produsen lainnya sepakat memangkas produksi hingga mendekati 10 juta barel per hari. Pasar pun langsung merespons dan harga minyak di pasaran dunia langsung terdongkrak hari ini.
Keputusan memangkas produksi minyak itu diungkapkan oleh Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dalam wawancara dengan stasiun berita Al-Arabiya, Minggu 12 April 2020. Penurunan produksi itu terjadi setelah sejumlah pertemuan antara OPEC dengan sesama produsen utama minyak dunia, seperti Rusia, yang diikuti oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.
Menurut Abdulaziz, selama ini Saudi terus melobi para mitra untuk memangkas produksi masing-masing. Ini demi menjaga stabilitas harga minyak, yang belakangan ini terus menurun di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
“Putra Mahkota terlibat di sejumlah negosiasi kunci. Pada 6 Maret lalu, kami berupaya pangkas output sebesar 1,5 juta barel per hari [bph]. Hari ini, kita dalam situasi yang berbeda, sehingga perlu mengurangi output hingga mendekati 10 juta bph,” kata Abdulaziz.
Dia juga mengungkapkan Kelompok 20 Negara Maju dan Berkembang (G20) setuju untuk membentuk tim guna memantau pasar energi. Tim itu juga punya kewenangan untuk membuat keputusan dalam memperkuat pasar.
Menurut The Straits Times, forum OPEC+ (yaitu kelompok yang terdiri dari anggota OPEC, Rusia dan sesama negara penghasil minyak lainnya) sepakat memangkas produksi harian sebesar 9,7 juta juta barel, yang meliputi 10 persen dari pasokan global. Ini terjadi dalam pertemuan luar biasa secara virtual Minggu kemarin.
Sementara itu, harga minyak di bursa utama dunia awal pekan ini melonjak sebagai respons atas putusan bersama itu. Harga minyak di bursa London sempat melonjak 8 persen.
Harga minyak West Texas Intermediate, yang jadi patokan AS, di perdagangan Asia naik 7,7 persen menjadi US$24,52 per barel, sedangkan harga minyak Brent, yang jadi patokan internasional, naik 5 persen menjadi US$33,08 per barel.