Logo DW

Kartel Narkoba Meksiko Terpukul karena Lockdown Virus Corona

Jika Anda berkunjung ke Pasar Tepito di Mexico City, tidak ada barang yang tidak dapat Anda temukan, demikian disampaikan oleh penduduk setempat. Di pasar berupa gang labirin yang berisi warung-warung ini, Anda dapat membeli apa pun yang Anda butuhkan. Dari pakaian bermerk, TV layar datar, mainan, kacamata, drone, ponsel, dan masih banyak lagi. Selain itu, barang-barang yang diproduksi di bengkel-bengkel informal juga dijual, demikian juga barang-barang imitasi dari Cina, obat-obatan terlarang dan senjata.

Pasar Tepito dikendalikan oleh geng kriminal bernama Union Tepito. Dan siapa pun yang menjual produk mereka di sini harus membayar ‘uang perlindungan’. Setiap minggunya, kelompok mafia ini bisa mengeruk ratusan ribu peso melalui kegiatan ini.

Barang-barang dengan harga terendah

Biasanya, Tepito sangat populer di kalangan pembeli karena harganya yang sangat murah, meskipun pembeli tidak mendapatkan struk atas pembelian mereka, apalagi jaminan. Tapi selama beberapa hari ini, hanya terlihat beberapa pemburu barang murah yang datang. Pasokan produk-produk Cina mulai menyusut sejak dua bulan lalu karena adanya penguncian akibat virus corona.

“Karena perantara kami telah menangguhkan penerbangan ke Cina, kami jadi kekurangan barang dan menggantinya dengan produk Meksiko dan Amerika Serikat (AS),” kata Edson Navarro, salah satu vendor tas lokal saat diwawancara oleh televisi Meksiko, Televisa.

Bisnis di pasar ini telah ‘terpukul’ dengan jumlah penjualan turun 50%. Tetapi kelompok mafia Union Tepito masih juga menuntut pembayaran ‘uang perlindungan’, dan telah mulai menculik dan bahkan membunuh beberapa dari mereka yang menolak untuk patuh. Media Meksiko telah melaporkan bahwa beberapa vendor kini meminta pemerintah kota untuk mengirimkan penjaga nasional untuk menjamin keselamatan mereka.

Produksi obat terganggu

Tidak hanya bisnis yang terpukul, pasokan bahan kimia impor dari Cina untuk memproduksi obat-obatan sintetis juga mengalami penyusutan akibat penguncian. Sebelum wabah corona muncul, provinsi Hubei di Cina sejatinya menjadi eksportir utama dari fentanyl, sebuah opioid. Namun kini, kartel obat bius besar Sinaloa dan Jalisco Nueva Generacion (CJNG) di Meksiko telah kekurangan bahan baku untuk memproduksi obat-obatan ini, demikian dilaporkan oleh insightcrime.org.

Kelangkaan bahan baku ini akhirnya membuat bos Sinaloa, Ismael “El Mayo” Zambada menaikkan harga pasar untuk obat-obatan sintetis ini, demikian seperti dilaporkan oleh surat kabar mingguan Meksiko, Riodoce.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa harga 1 pound (kurang dari setengah kilogram) metamfetamin, stimulan yang dikenal luas dengan sebutan met kristal, kini melonjak dari 2.500 peso (sekitar 1,6 juta rupiah) menjadi 15.000 peso (sekitar 267 juta rupiah).

Untuk mendapatkan bahan baku ilegal dari AS juga menjadi jauh lebih sulit. “Lima hari yang lalu adalah terakhir kalinya kami membawa sesuatu melintasi perbatasan. Itu pun hanya tiga kilo,” kata seorang penyelundup dari Mexicali, kepada blogdelnarco, sebuah platform yang meliput kejahatan terorganisir Meksiko.

“Kami memiliki pengaturan sendiri dengan polisi perbatasan dan penyelundup kami sudah tahu pos perbatasan mana yang akan digunakan. Tetapi sekarang, banyak perbatasan secara mengejutkan ditutup. Itu membuat bisnis kami jauh lebih berisiko,” ujarnya.

Lebih sedikit penerbangan, lebih banyak pengecekan

Banyaknya penerbangan komersial yang dibatalkan dan menurunnya lalu lintas udara di seluruh Amerika Latin, membuat pihak berwenang lebih mudah untuk menemukan pesawat yang membawa obat-obatan terlarang.

Beberapa hari yang lalu, misalnya, sebuah pesawat kecil dari Kolombia terdeteksi membawa narkoba ketika jatuh di Honduras. Mirisnya, pesawat itu telah terdaftar sebagai pesawat ambulans.

Dampak penguncian untuk mencegah penyebaran virus corona semakin mempersulit kartel narkoba Meksiko untuk beroperasi, lapor insightcrime.org. Tetapi platform itu juga mengatakan bahwa “organisasi besar seperti CJNG, yang beroperasi di banyak sektor bisnis ilegal, justru merasa lebih mudah untuk beradaptasi dengan tantangan-tantangan ini dan menahan resesi.”

Meskipun berita terkait virus corona mendominasi berita utama di seluruh negeri, bukan berarti insiden kekerasan di Meksiko akhir-akhir ini menjadi lebih sedikit. Pada Selasa, salah satu kelompok pembunuh dilaporkan membunuh seorang jurnalis dari Veracruz.

Menurut statistik resmi, 646 orang telah terbunuh sejak Meksiko menerapkan langkah-langkah keamanan pertamanya untuk mencegah penularan virus pada 23 Maret lalu. Tahun lalu, rata-rata 95 orang per hari tewas karena kekerasan di Meksiko.

Selain itu, peningkatan juga terlihat dalam hal penjarahan. Dan kerusuhan antar kelompok mafia narkoba telah pecah lebih dari sekali di negara bagian Guerrero dan Michocan. Javier Olivia, seorang professor ilmu politik di Universitas Otonomi Nasional Meksiko, memprediksi bahwa ketegangan antar kartel akan terus tumbuh di tengah penguncian. Ia juga memprediksi tentang terjadinya lonjakan kejahatan dan pencurian. (gtp/pkp)