Virus Corona: Kelas Menengah Rentan Miskin
"Kalau sepi terus kan...rumah saya juga masih nyicil, masih angsuran, kerjaan juga kayak gini, biasanya saya bisa membantu cicilan rumah tapi sekarang kan sulit," kata Dini.
Dini mengetahui bahwa ada kemungkinan ia tidak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini, mengingat pesanan untuk truk berkurang dan gaji saat ini mengandalkan kebaikan atasannya.
"Kalau THR sepertinya belum tahu, cuma saya juga tidak berharap-berharap banget, kan ini sepi. Yang penting saya masih kerja itu saja sudah Alhamdulillah," katanya.
"Lebaran tahun ini ya sepertinya tidak seheboh dulu, pengeluaran juga tidak harus beli baju, tidak harus mudik juga. Turut prihatin dengan kondisi sekarang."
Di rumahnya, di mana ia tinggal bersama kedua orangtua dan empat saudaranya, ia juga berjualan es batu, tabung gas, dan galon air mineral.
Ia berlangganan listrik sebesar 1300VA setiap bulannya, kategori listrik yang tidak mendapat bantuan pemerintah.
"Kalau [berjualan] es batu kan listriknya harus besar, pake freezer gitu, kalau yang 1300VA tidak dikasih diskon kan kasihan yang berjualan seperti kita," ujarnya.
Dini berharap pemerintah memperhatikan kekhawatiran pekerja seperti dirinya yang saat ini pemasukannya terancam.
"Kalau saya sebagai kelas menengah sih khawatirnya karena pekerjaan itu ya, terus sepi. [Pemerintah] tidak memperhatikan, itu dikira mampu begitu? Padahal seperti kita begini, kan menyicil rumah, ada kekhawatiran PHK kalau kelas menengah," tambahnya.
Menurut Raden Soes Hindharno, juru bicara Kemenaker, saat ini pihaknya tengah membahas apakah pandemi virus corona ini dapat dikategorikan sebagai force majeure, sehingga perusahaan yang tidak sanggup membayar THR karyawannya tidak melanggar aturan ketenagakerjaan yang sudah ada.