Wabah Corona: Lockdown di India Berubah Jadi Tragedi Kemanusiaan
Di antara para pengungsi itu adalah seorang wanita berusia 90 tahun, yang keluarganya menjual mainan murah di lampu lalu lintas di pinggiran kota di luar Delhi.
Kajodi berjalan dengan keluarganya menuju daerah asal mereka di Rajasthan yang terletak 100 km dari tempat dimana mereka berada.
Mereka makan biskuit dan merokok linting, atau bidi, untuk mengurangi rasa lapar. Ia telah berjalan selama tiga jam dan sedang bersandar pada tongkat ketika jurnalis Salik Ahmed menemuinya. Ia tidak membiarkan perjalanan yang memalukan itu mengurangi harga dirinya.
"Dia bilang dia tadinya ingin membeli tiket pulang jika transportasi tersedia," tutur Ahmed kepada saya.
Di antara mereka yang berjalan juga termasuk seorang bocah lelaki berusia lima tahun yang sedang menempuh perjalanan sejauh 700 km dengan ayahnya, yang merupakan seorang pekerja bangunan dari Delhi. Mereka berjalan kaki menuju rumah mereka di negara bagian Madhya Pradesh di India tengah.
"Ketika matahari terbenam, kami akan berhenti dan tidur," ujar sang ayah kepada jurnalis Barkha Dutt.
Sementara, seorang wanita berjalan bersama suaminya dan anak berusia dua-setengah tahun. Tas wanita itu penuh dengan makanan, pakaian dan air. "Kami punya tempat tinggal tetapi tidak punya uang untuk membeli makanan," katanya.
Lalu, ada juga Rajneesh, seorang pekerja mobil berusia 26 tahun yang berjalan 250 km ke desanya di Uttar Pradesh. Dia memperkirakan akan butuh empat hari. "Kita akan mati dalam perjalanan sebelum virus corona menyerang kita," kata pria itu kepada Dutt.
Dia tidak melebih-lebihkan. Pekan lalu, seorang pria berusia 39 tahun mengeluh sakit dada dan kelelahan dan meninggal dalam perjalanan melintasi 300 km dari Delhi ke Madhya Pradesh; dan seorang pria berusia 62 tahun, kembali dari rumah sakit dengan berjalan kaki di Gujarat, pingsan di luar rumahnya dan meninggal.
Empat migran lain ditolak di perbatasan menuju Rajasthan dari Gujarat. Mereka ditabrak oleh sebuah truk di jalan raya saat gelap.