Wabah Corona: Lockdown di India Berubah Jadi Tragedi Kemanusiaan
Para pekerja migran ini seketika menjadi pengungsi akibat penutupan wilayah minggu lalu. Tempat kerja mereka ditutup, dan sebagian besar karyawan dan kontraktor yang membayar mereka menghilang.
Pekan lalu, segerombol laki-laki, perempuan, hingga anak-anak memulai perjalanan mereka pada saat yang berbeda-beda.
Mereka membawa barang-barang mereka yang seadanya, seperti makanan, minuman dan pakaian di dalam tas sederhana yang terbuat dari kain murah. Para pria muda membawa tas ransel. Ketika anak-anak terlalu lelah untuk berjalan, orang tua mereka menggendong mereka.
Mereka berjalan di bawah matahari dan berjalan di bawah bintang-bintang. Sebagian besar mengatakan mereka kehabisan uang dan takut mereka akan kelaparan.
"India berjalan pulang," bunyi tajuk utama surat kabar The Indian Express.
Eksodus besar-besaran itu mengingatkan khalayak dunia pada pelarian para pengungsi selama masa perpisahan berdarah pada 1947 lampau. Jutaan pengungsi berjalan ke Pakistan timur dan barat, dalam sebuah migrasi yang menelantarkan 15 juta orang.
Kali ini, ratusan ribu pekerja migran berusaha pulang ke kampung halaman mereka sendiri. Berjuang melawan rasa lapar dan lelah, mereka saling terikat oleh motivasi kolektif untuk pulang kembali. Rumah di desa menjamin makanan dan kenyamanan keluarga, kata mereka.
Jelas, penutupan wilayah untuk mencegah pandemi berubah menjadi krisis kemanusiaan.