Wabah Corona: Nasib WNI di Australia yang Kehilangan Pekerjaan
Tak hanya di restoran, pemotongan jam kerja juga dialami oleh Livia yang sudah satu tahun lamanya bekerja paruh waktu di sebuah hotel bintang lima di pusat kota Melbourne, Australia.
"Biasanya dalam satu minggu, saya dapat jadwal kerja 16-18 jam. Tapi mulai minggu ini, hanya dapat 8 sampai 9 jam," kata mahasiswi sekolah kejuruan William Angliss Institute ini.
"Banyak pelanggan yang membatalkan pemesanan kamar, penggunaan ruang fungsi, dan acara-acara. Karena sepi sekali dan mungkin stafnya terlalu banyak dan membayarnya terlalu mahal, jadi [hotel] berusaha mengurangi jumlah."
Kepada ABC Indonesia, Livia mengatakan pihak hotel tidak dapat memastikan kapan jadwal pekerjaan para pegawai hotel akan kembali seperti semula.
"Mereka tidak janji, dan sempat menyuruh kami untuk ambil "annual leave" [atau cuti tahunan] karena dengan seperti itu akan tetap dibayar dan tetap ada penghasilan."
Menurut Livia, pengurangan jam kerja yang ia alami sejak pekan lalu memberikan dampak yang signifikan dan mendorongnya untuk mencari pekerjaan paruh waktu baru.
"Sebelumnya, saya bisa membayar uang sewa dan mencukupi biaya kehidupan selama satu bulan," kata Livia.
"[Namun] sejauh ini saya belum minta bantuan dari orangtua. Mungkin menghemat-hemat dulu sambil cari pekerjaan lain untuk menutup biaya hidup bulanan]".
Pekerja casual atau part time mendapatkan bantuan ekonomi, sayangnya tidak berlaku bagi mereka yang bukan warga negara dan permanent resident.
Unsplash: Mitchell Hollander
Pendapatan tidak menentu