Wabah Corona: Mahasiswa Indonesia di Australia Terpaksa Kuliah Online
"Saya pribadi, sedih sekali melihat kondisi ini. Tidak bisa ke kelas, tidak bisa ikut kegiatan, dan banyak juga program yang dibatalkan," katanya.
Sari yang sedang mengambil program S2 di bidang pendidikan ini mengatakan tidak merasa terganggu dengan kebijakan kelas "online" yang diterapkan di universitasnya.
"Karena dari awal memang saya kuliah di Fakultas Pendidikan, yang biasanya sudah fleksibel antara kelas "online" atau "face to face" [atau tatap muka], jadi keputusan semua kelas "online" tidak begitu signifikan dampaknya," katanya.
"Tapi bagi teman-teman saya yang mayoritas kelasnya adalah tatap muka, mereka paling merasakan efeknya. Tapi lagi-lagi, menurut saya ini [langkah] yang terbaik untuk kondisi sekarang ini."
Ando yang sedang mengambil jurusan Politik dan Studi Internasional di tahun keduanya juga mengakui merasakan hal yang sama.
"Dari dulu kalau di faculty of arts, lecture memang [berbasis] online. Jadi untuk kami biasa saja. Sedangkan untuk siswa bidang Sains atau Commerce yang lebih aktif di lecturing mungkin iya."
Masih datang ke kampus Nathania Chandra berharap agar aktivitas di kampusnya dikurangi, melihat meningkatnya penyebaran virus corona di Victoria.
Koleksi pribadi